Cerpen Mampir Karya Maria N Pakpahan
ilustrasi --Minanews.net
Auryn menggeleng lemah, melihat tatapan mata ibunya yang sudah seperti iblis, Auryn tahu yang saat ini ada dihadapannya bukanlah ibunya, melainkan setan yang sudah merasuki tubuh ibunya. Tangan Auryn yang tengah bergetar, menggenggam lengan ibunya.
"Ibu ini Auryn, anak ibu. Ibu sadar, kan?" tanya Auryn dengan suara bergetar. “Kau tahu Auryn. Ayah kau menemui dan memarahi saya terus-terusan di kantor hanya karena saya yang bersikap keras dengan kau, dan hal itu sangat mengganggu saya. Kau pikir tak sulit mencari pekerjaan, hah?!" marah ibunya tanpa menghiraukan ucapan Auryn.
Melihat Auryn yang hanya diam, ibunya kembali berdiri memberikan beberapa pukulan keras tapa perasaan di beberapa bagian tubuh Auryn yang sudah mulai rapuh. Gadis itu terisak saat merasakan tubuhnya hampir hancur karena rasa sakit bekas pukulan ibunya.
"Ibu, cukup!" pekik Auryn yang sudah tak kuat menahan rasasakitnya.
Ibunya menyeret paksa tubuh Auryn dan membawanya ke kamar mandi, lalu mengguyur gadis itu dengan air dari shower. Dia terkekeh pelan
melihat Auryn yang gelagapan saat ia dengan sengaja menekan kepala Auryn hingga masuk ke dalam bahtub yang sudah di isi air penuh.
Sekitar 1 menit dia menahan kepala Auryn, lalu melepaskannya sembari tertawa keras. Auryn terbatuk-batuk saat kepalanya keluar dari dalam air. Air yang bercampur dengan darah merah keluar dari mulutnya membuat ibunya semakin senang.
"Ini belum seberapa Auryn, bahkan saya dapat membunuh kau sekarang juga jika ingin," ancam ibunya. Lalu ibunya itu tanpa aba-aba menghempaskan semua barang yang ada di sekitarnya sehingga menimbulkan suara barang berjatuhan yang nyaring, membuat Auryn lagi-lagi ketakutan dengan tubuh bergetar nan menggigil.
Setelah itu ibunya pergi begitu saja meninggalkan Auryn yang masih dibalut dengan rasa trauma yang sekarang tengah menghampiri dirinya lagi. Dengan susah payah Auryn merangkak dan berpegangan dengan
dinding, mendekati nakasnya dalam keadaan tubuh yang basah kuyup.
Gadis itu mengeluarkan obat yang ada di dalam laci dengan tangan bergetar, membuka tempatnya lalu mengeluarkan beberapa obat dan memasukkannya ke dalam mulut. Tubuhnya luruh ke lantai. Perlahan-lahan rasa panik, takut, cemas dan lain-lainnya menghilang. Akhirnya ia dapat kembali tenang.
Auryn sama sekali tak berhenti meringis di dalam tidurnya, ternyata rasa sakit di sekujur tubuhnya masih terasa. Bahkan di saat dirinya terlelap. Gadis itu membuka matanya secara perlahan sembari bangkit dan bersender ke ranjang. Tadi setelah mengganti pakaiannya, ia langsung tertidur, dia benar-benar kelelahan. Mentalnya lagi-lagi harus terusik, dan rasa trauma yang sudah di kuburnya dalam-dalam kembali menghantuinya.
Auryn kini mengunci pintu kamarnya. Gadis itu tersenyum kecut, senyuman yang kemudian berganti menjadi tawa yang menyedihkan. Seburuk itu ternyata dirinya di mata ibunya, Rasanya Auryn ingin menangis, dia lelah dengan keadaan hidupnya yang selalu menyakitkan.
Tawa Auryn semakin keras, bersamaan dengan itu dia mengacak- acak meja belajarnya. Membuat beberapa alat tulis, buku dan barang-barang lainnya yang ada di sana jatuh berceceran. Kini kamarnya sudah kosong, tidak ada lagi barang di atas nakas maupun di atas meja belajar. Karena semuanya sudah Maura hancurkan, sedangkan barang yang lainnya sudah di hancurkan ibunya tadi.
Auryn benci saat dirinya seperti ini. Di mana dia tak dapat mengontrol emosinya sendiri. Di mana semua isi kepalanya terasa ingin meledak. Rasa cemas dan lain-lainnya berdatangan secara bersamaan. Auryn benci mengakui jika sebenarnya jiwa dan batinnya sudah sangat hancur, Auryn benci saat sadar bahwa mentalnya telah berantakan.
Gadis itu mengambil satu kaca kecil yang masih tersisa di meja lalu menghancurkannya, mengambil serpihannya untuk di goreskan kelengannya yang sudah membiru bekas pukulan ibunya tadi. "Terus saja, terus sakiti aku, hancurkan hidupku sampai benar-benar hancur. Aku tak mengapa, semakin sakit luka yang ibu gores, itu akan semakin mempercepat kematianku. Aku ingin semuanya cepet berakhir, ini terlalu menyakitkan untuk lebih lama di rasakan."
Semua rasa sedih, marah, kecewa, cemas, ketakutan, trauma menjadi satu. Dimana bayangan dia yang selalu di perlakukan oleh ibunya tidak baik mulai berputar diotaknya, kejadian-kejadian buruk di masalalunya pun ikut kembali memenuhi otaknya. Hal itu membuat Auryn dengan kasar terus menggoreskan kaca tajam ke lengannya mencoba menghilangkan semua bayangan-bayangan menakutkan itu. Sehingga memberikan sensasi perih dan nikmat secara bersamaan.
Auryn menyukai ini, cara ini adalah hal candu baginya untuk melampiaskan semuanya. Auryn bahagia memiliki cara tersendiri untuk meluapkan semua perasaannya yang selalu bercampur aduk. "Kenapa harus ibu yang menjadi sumber sakit hatiku? Kenapa harus ibu? Ini terlalu sulit. Aku tak dapat marah, tak dapat benci dengan semua perlakukan buruk ibu kepadaku. Karena dia ibuku. Aku tak akan dapat membencinya.” ungkap Auryn sembari mengusap air matanya kasar.
Sumber: