Cerpen Mampir Karya Maria N Pakpahan

Cerpen Mampir Karya Maria N Pakpahan

ilustrasi --Minanews.net

“You don't (Kamu tidak) ?” tanya Jan memastikan.

Auryn terkejut dan terkekeh malu karena tak sengaja terdengar.
“I can do that for you if you don't love yourself.” (Aku bisa melakukannya untukmu jika kamu tidak mencintai dirimu sendiri).

Auryn memutar bola matanya dan memukul lengan Jan dengan botol kosong yang tersisa. Keduanya sama-sama tertawa. Bedanya, yang perempuan tertawa karena menganggap laki-laki itu bercanda. Sedangkan yang laki-laki tertawa karena lega setelah memberanikan diri mengungkapkannya walau tersirat. Biasanya, kalau Jan bercanda, ia tak akan merasa lega setelah berucap hal-hal seperti itu. Kalau serius, jadi lega. Sebab sulit rasanya untuk memberanikan diri setelah mengetahui kalau ucapannya pasti tidak akan dianggap serius oleh siapapun.
Auryn kemudian berdiri dan membereskan seluruh sampah bekas makanan dan minuman yang menemani mereka sepanjang mengobrol.

Mencoba mencari tempat sampah terdekat untuk membuangnya. Kini, lagu First Love – Nikka Costa mulai terputar. Membuat suasana yang semula hangat namun serius berubah menjadi 'sesuatu' lain yang menyenangkan.
Setelah membuang sampah-sampah di tong terdekat, Auryn kembali dengan tangan kosong. Menghampiri Jan yang membuka jas tebalnya dan menggelarnya menjadi alas. “Mau ngapain?” tanya Auryn. Laki-laki itu merebahkan dirinya dan mengerang. “Sini. Lihat bintang,” ucapnya sembari bergeser dan mempersilakan Auryn ikut merebah di sisinya yang tersisa kurang dari tiga puluh senti.

Sebelum Auryn mengikuti ucapannya, ia menatap langit yang sedang ditatap Jan. “Tak ada bintang, kau mau lihat apa?“ Jan tertawa dan malah melihat ke arahnya. “Oh ternyata sudah turun ke bumi.“

“GILA!” Ia melempar camilan ringan di tangannya ke perut Jan yang sedang berbaring sambil tertawa-tawa pasca menggodanya secara sengaja.

“Sini, cepat.“

Dengan wajah setengah cemberut, Auryn akhirnya berbaring juga.
Berbaring di sini, rasanya seperti surga dunia bagi keduanya. Menatap langit kosong yang hanya diisi bulan bungkuk dan sinar satelit. Rasanya, kalau boleh, mereka lebih ingin tinggal di sini. Di atap kosong tak berpenghuni bersama satu sama lain. Mereka tak bicara satu patah kata dan hanya menikmati momen yang mungkin hanya seribu tahun sekali dapat dirasakan.

“Aduh.” Auryn mengaduh kala kepalanya yang sedang bergeser melewati kerikil kecil di bawah jas.

Dengan sigap, Jan membentangkan satu lengannya agar menjadi bantalan Auryn tanpa diminta. “Danke,”  (terimakasih) ucap Auryn sambil menaruh kepalanya di atas lengan besar yang tidak begitu empuk, tapi lumayan melindungi kepalanya dari rasa tidak nyaman. “Also, thank you for treating me like a woman (Juga, terima kasih telah memperlakukanku sebagaimana layaknya memperlakukan seorang wanita).”

“I was my dad's little princess, but since my mom cheated on him, they divorced (Aku adalah putri kecil ayahku, tetapi karena ibuku berselingkuh, mereka bercerai). Aku ikut ibu, dan kakakku Helena, ikut ayah. Aku kehilangan kasih sayang laki-laki sejak saat itu.“

Jan mengangkat kepalanya terkejut. “It was your mom (jadi.. itu mamamu)?“

Auryn terkekeh. “Aneh, ya? I know (aku tahu). Inilah sebabnya aku tak menceritakan semua itu kepada teman-temanku. Apalagi ada temanku yang orang tuanya divorced (bercerai) karena ayahnya selingkuh. Mendengar ceritaku, pasti dia akan membenciku.“

Timing yang tepat. Lagu yang tadi, sudah berubah menjadi rum.gold – Fix me yang sangat...tepat untuk suasana ini. Jan tak menjawab apapun, membiarkan Auryn bercerita sepuasnya agar tak merasa dihakimi.
“Aku tahu tentang itu karena tak sengaja mendengar, saat aku mengetahui itu, ayahku bilang, “Jangan membenci ataupun menyimpan dendam kepada ibumu. Dia memang bukan istri dan ibu yang baik. Tetapi bagaimanapun juga, dia adalah ibumu. Ibu yang melahirkanmu” Air mata Auryn berlinang menatap langit. Tangan Jan yang berada tepat di belakang kepalanya bergeser sedikit agar bisa mengusap kepalanya menenangkan. “Karena ayahku, aku percaya laki-laki baik itu ada. Entah ada di mana, tapi aku yakin ada.”

Jan menyandarkan sisi wajahnya di pucuk kepala Auryn sambil masih mengusap lembut kepalanya.

Sumber: