Inspirasi Bisnis, H Badar, Pemasok Ikan Terbesar Sumsel, Konsisten dengan ‘Subuh’
H Badar yang memiliki segudang pengalaman dalam membangun usaha ikan di Sumsel.-asif ardiansyah/radar palembang-
PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM – H Badar salah satu pemasok ikan terbesar di Sumsel, memiliki kisah inspirasi yang tidak biasa. Hanya masalah waktu.
Benar kata sebuah pepatah, waktu sehabis subuh adalah waktu paling cespleng (tepat) memulai mencari rezeki sekaligus mencari ilmu.
Waktu subuh, inilah juga menjadi saat-saat yang indah bagi H Badaruddin muda untuk belajar.
Tak heran jika selama kurun waktu 4-5 tahun sebelum menjadi pengusaha sukses si “jago” ikan seperti sekarang ini, ia sudah mengantongi segudang ilmu ‘berjualan’ dari teman-temanya hanya dari memanfaatkan waktu subuhnya dengan baik dan konsisten.
BACA JUGA:Awas, Keripik Tempe Anti Galau Ini Bisa Bikin Ketagihan
Saat menyantap ikan, tak pernah terlintas di pikiran kita dari mana ikan-ikan itu berasal. Apalagi, cuma sekedar ingin tahu dari mana ikan-ikan lezat dan berprotein itu didatangkan. Sosok low profile inilah jawabanya.
H Badarudin atau biasa disapa H Badar, si ‘jago’ pemasok ikan laut yang dulunya hanya di emperan, hari ini sudah jadi ‘raja’nya suplayer ikan-ikan laut yang memasok ikan terbanyak ke Sumsel.
Aktivitas Badarudin, dulunya hanya seorang penjual ikan di emperen Pasar 16 Ilir Palembang. Tapi hari ini, ceritanya sudah berubah 90 derajat.
BACA JUGA: Afat Lahir dan Besar di Baturaja, Hijrah ke Palembang jadi Pegawai Diler
Ia menjadi suplayer (Pemasok) ikan laut segar terbanyak di Sumsel.
Seharinya, H Badar bisa mengirimkan ikan sekitar 10-15 ton ikan untuk kebutuhan Sumsel. Jika dihitung keseluruhan dalam sepekan,ia bisa memasok ikan impor sebanyak 81 ton ikan.
Hebatnya, ikan-ikan ini bersih, sehat dan bebas pengawet karena dimasukan dalam mesin pembeku ikan (cold storage), sehingga aman untuk diantarkan ke tempat tujuan, meski memakan waktu dua sampai tiga hari.
H Badar adalah contoh sosok pebisnis yang berangkat dari nol. Jangan tanya teori kepadanya, sebab ia tidak pernah dibekali ilmu akademis yang tinggi karena hanya tamatan SMA.
BACA JUGA:Ekik Salim, Pengusaha Kelahiran Muara Dua, dari Pedagang Besi Bekas jadi Distributor Baja Terbesar
Saat Radar Palembang bertanya tentang formula kesuksesannya sebagai pebisnis, ia cuma menyatakan, ilmu ekonomi itu alamiah.
“Kalau orang mau berdagang, ya sediakan barang yang bagus, kasih harga yang bagus, begitu saja,” selorohnya.
Kawasan Pasar 16 Ilir Palembang adalah pijakan awal usaha pria yang akrab disapa Haji Badar ini.
Sebelum pindah ke kawasan pasar ikan Jakabaring di tahun 2004. Di kawasan Pasar 16 Ilir sekitar tahun 1980 atau saat masih SMP H Badar sudah bekerja ikut teman menjadi penjual ikan di emperan Pasar 16 Ilir.
BACA JUGA:Jumat Berkah, KH Ahmad Nawawi Dencik dan Strategi Dakwah Modern
“Waktu itu, sebelum sekolah tepatnya setiap subuh hingga pukul 09.00 WIB saya pasti membantu teman-teman menjadi penjual ikan laut di emperan,” katanya.
H Badar juga mengatakan, kegiatan ini rutin dilakukan selama kurun waktu sekitar 4 - 5 tahun. Setelah paham tentang bisnis ikan laut, pada tahun 1985 ia mulai membuka usaha ikan laut.
“Awalnya saya juga jadi penjual ikan laut di emperan pasar, sama seperti teman saya. Dua tahun kemudian usaha saya berkembang dan mulai jadi sub agen di Pasar 16 Ilir,” ujar H Badar yang mengaku memiliki jiwa bisnis turunan dari ayahnya yang dulunya pedagang beras.
Awal dirinya menjadi agen hanya memasok wilayah Pasar 16 Ilir, lalu tiga tahun berjalan atau sekitar tahun 1990 mulai melirik daerah Tanjung Enim dan Muara Enim.
BACA JUGA:NOAH Mau ke Pagaralam, Kelakuan Warga Bikin Bengong
“Di wilayah ini setiap harinya saya pasok ikan segar sebanyak 1 ton,” kata pria yang ramah ini.
Karena terus mengalami perkembangan yang baik, tahun 1991-1992 dia mulai melirik Kota Palembang dengan berusaha memasarkan ikan laut segar ke seluruh pasar tradisional yang ada di Kota Palembang.
“Di wilayah Palembang ini tiap hari saya suplai ikan sebanyak 3 ton,” jelasnya.
Setelah berhasil memasok ikan di seluruh pasar tradisional usahanya kian berkembang, dan seiring dengan itu pula secara bertahap H Badar mulai memasok ikan laut di seluruh kabupaten/ kota yang ada di Sumsel.
“Tidak hanya itu saya juga memasok ikan ke provinsi Jambi dan sekitarnya,” terangnya.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Owner Mie Dempo Aloy, Dulunya hanya Penjual Gerobak Keliling
Pada tahun 2000, bersama 4 saudara kandungnya H Badar mendirikan CV Lima Bersaudara. “Kami mendirikan CV Lima Bersaudara ini, selain perkembangan usaha yang begitu pesat, kami juga ingin bergerak untuk memasarkan ikan laut impor ke wilayah Sumsel,” tambahnya.
Badar mengatakan, dirinya membeli ikan impor dari Cina, Korea, Thailand, dan Pakistan.
Ikan-ikan itu biasanya berupa cumi, tongkol, salam, kembung, dan sarden mekanisme pengirimannya tetap melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Dari Tanjung Priok baru dipasok ke Palembang.
Namun jika ikan impor lagi sepi biasanya membeli ikan di perairan laut Bangka, Bengkulu dan Lampung.
BACA JUGA:Buntut Tuntutan Ringan, Kejagung Copot Kajari Lahat dan Kasi Pidum, Terima Kasih Pak Hotman
“Awalnya kami hanya memasok ikan laut sedikit, namun secara bertahap terus meningkat hingga sekarang per minggunya ikan impor yang kita pasok 3 kontainer. Satu kontainer muatannya 27 ton. Jadi kalau 3 kontainer berarti 81 ton,” ujarnya.
H Badar juga menceritakan, karena terus mengalami permintaan akan ikan laut di Sumsel pada tahun 2007 dan 2010 dia mulai membangun mesin pembeku ikan di pasar Ikan Jakabaring pertama, bermuatan 70 ton, kedua 200 ton.
“Dengan adanya mesin pembeku ini semua ikan yang akan kami suplai aman karena tidak perlu khawatir busuk. Sebab, ikan yang masuk mesin cold storage ini tahan hingga beberapa hari,” jelasnya.
Harapan ke depan adalah agar pemerintah mencari solusi untuk menstabilkan harga sawit dan karet karena secara tidak langsung juga berdampak pada penjualan ikan laut impor.
BACA JUGA:Para Istri Wajib Tahu Ada Jamu Anti Pelakor
“Biasanya kalau harga sawit dan karet turun, penjualan ikan laut juga akan turun,” terangnya.
Sempat Shock Tapi Bangkit Lagi
Menurut H Badar, pada tahun 1994 dirinya sempat shock saat lapaknya yang ada di kawasan pasar 16 habis terbakar.
“Waktu itu, 5 lapak ikan saya hangus tak bersisa hingga membuat saya ‘jatuh’ karena tak ada modal lagi untuk berdagang. Semuanya habis bersama lapak,” kenang dia.
Badar mengatakan, rentan waktu “jatuh” hampir dua tahun luntang lantung nggak ada kerjaan.
”Beruntung pada tahun 1996, Pemkot Palembang membangun lapak di kawasan 10 Ulu dan saya kebagian lapak di sana. Lalu saya memulai kembali dari nol menjual ikan laut,” katanya
BACA JUGA:Aturan Baru Kemenpan RB Soal Pensiun dan Kenaikan Pangkat PNS, Cukup Dua Tahap, Sehari Rampung
Memulai dari nol, memang begitu berat namun secara bertahap usahnya terus berkembang hingga agen kembali mempercayainya untuk kembali menjadi sub agen, lalu menjadi agen hingga menjadi pemasok ikan laut terbesar di se-Sumsel. (*)
Sumber: