Jumat Berkah, KH Ahmad Nawawi Dencik dan Strategi Dakwah Modern

Jumat Berkah, KH Ahmad Nawawi Dencik dan Strategi Dakwah Modern

Imam Besar Masjid Agung Palembang KH Ahmad Nawawi Dencik yang semasa hidup banyak memberi inspirasi. -salamun/radar palembang -

PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Imam Besar Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, KH Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz bin Kgs H Detjik, memang sudah pulang wafat pertengahan 2021 lalu.

Namun, perjalan spritual ulama yang sangat dihormati warga Kota Palembang ini, tetap akan selalu dikenang.

Radar Palembang pernah mewancarai KH Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz, semasa hidup. Ia banyak bercerita mengenai strategi dakwahnya. Salah satunya dakwah dengan cara modern.

Jumat berkah ini, kembali cerita iman besar penghafal Alquran ini kembali dituangkan.

BACA JUGA:7 Potensi Ekonomi Digital, Kontribusi Pertumbuhan 14 Persen

Masjid Agung Palembang kini memiliki stasiun televisi sendiri. Ini menjadi yang pertama di Indonesia.

Terobosan ini akan menjadi awal syiar Islam lebih luas dan langsung masuk rumah ke rumah. Imam Besar Masjid Agung Palembang KH Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz adalah orang di balik ide brilian tersebut.

KH Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz adalah murid dari KH Rasyid Syiddiq Al Hafidz (Alm), KH Syazili Mustopa (Alm), dan KH Dahlan Kandis Al Hafidz.

Ia giat mendidik generasi penerus untuk menghafal Alquran yang dipusatkan di Masjid Agung Palembang dan di pondok pesantren miliknya Al Lathifiyah, Palembang.

BACA JUGA:Bank Indonesia Sebut Penghasilan 6 Bulan Kedepan Bakal Meningkat

Saat Palembang ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) Internasional atau Jami’atul Qurro Wal Huffaz, 22-27 September 2014 lalu, KH Ahmad Nawawi Dencik Al Hafidz dipercayakan sebagai Ketua IPQOH (Ikatan Qori dan Qoriah, Hafizd dan Hafidzoh) Sumatera Selatan.

Ulama Sumsel ini pun bercerita ide awal pembuatan televisi komunitas MAP-TV atau Masjid Agung Palembang Televisi (MAP-TV) Al-Nur.

Menurutnya, ide awalnya ingin dakwah lebih praktis, selesai sholat 5 waktu ada ceramah. “Idenya sejak Ramadan tahun lalu (1435 H/2013),” jelas dia kepada Radar Palembang.  

Rencana tersebut, aku dia, tak semudah membalikan telapak tangan, karena peralatan yang dibutuhkan tak murah, alhamdulillah ada bantuan dari PT Bukit Asam.

BACA JUGA:Si Imut Wuling Air Ev, Penjualan di Sumsel Terus Digeber

Televisi Komunitas MAP TV ini, sambungnya, sangat diharapkan mampu menunjang syiar  agama, sebagai media berdakwah melalui televisi.

“Televisi ini milik bersama, bukan hanya punya Masjid Agung. Untuk memberikan syiar  agama Islam," ujarnya.

Untuk stasiunnya, akan dioperasikan di lantai 2 Masjid Agung, dengan pemancar 1000 W yang dilengkapi dengan antena.

TV terinspirasi tayangan langsung (live) TV komunitas di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, Arab Saudi yang menyiarkan kegiatan ibadah dan informasi haji kepada masyarakat dunia yang ada di dua kota itu.

BACA JUGA:CPNS Kemenkumham 2023 Dibuka, Ada 10 Formasi untuk Lulusan SMA Hingga S1

“Sekali lagi, TV ini bukan untuk komersial, tetapi sesuai namanya TV komunitas dan tujuannya syiar Islam,” katanya.

Ia berharap MAP-TV ini bisa menjadi salah satu alat untuk memberikan informasi positif seputar aktivitas dan kegiatan Masjid Agung.

MAP TV merupakan televisi komunitas, televisi analog, dan berbeda dibandingkan dengan televisi-televisi komersial lainnya.

Televisi komunitas ini diharapkan dapat menyajikan program siaran yang sehat. Sehingga akan mampu menambah ilmu dan wawasan masyarakat karena merupakan pelopor televisi komunitas di Indonesia.

BACA JUGA:Kilang Pertamina Serahkan Budikdamber ke Warga Plaju Darat

Jangkauan kekuatan siaran  MAP TV adalah 5-20 km dari Masjid Agung Palembang atau lebih kurang ditonton 250 rumah, sesuai dengan syarat keanggotaan TV komunitas.

Untuk format siaran, MAP TV akan menyajikan tayangan agama sebanyak 55 persen, kemudian   program berita 10 persen penerangan atau informasi 10 persen, pendidikan dan kebudayaan 20 persen, serta hiburan dan musik 5 persen.

Syiar an MAP TV terdiri 90 persen acara lokal dan 10 persen nasional dan asing.

Lama jam tayang, selama Ramadan, tayangan langsung meliputi kegiatan berbuka puasa, shalat Maghrib, Isya, dan Tarawih di masjid Agung.

BACA JUGA:Pajak UMKM: Kenali Agar Tak Ragu Berkontribusi

Untuk kamera sendiri, yayasan dan pengelola MAP-TV sudah memasang di berbagai sudut dalam masjid, dan di luar masjid.

Ke depannya, ia berhadap, misi ahli sunnah wal jamaah yang masuk dalam AD/ART Masjid Agung bermazhab Safi’i, durasi tayangnya bisa setiap hari enam jam.

Beberapa program sedang disusun oleh tim, diharapkan lebih banyak keterlibatan aktif masyarakat dalam menyukseskan MAP TV Al-Nur.

“Kita akan membuat program atau acara dengan kemasan menarik lagi, seperti keliling masjid, sejarah masjid-masjid di Palembang,” ujar dia. (*)

Sumber: