Asal Usul Cuka Versi Masyarakat Tionghoa, Sangat Terkenal di Palembang

Asal Usul Cuka Versi Masyarakat Tionghoa, Sangat Terkenal di Palembang

Cuka yang dimakan berbarengan dengan pempek atau makanan lain punya cerita tersendiri di kalangan masyarakat Tionghoa.--tionghoa.org

Dewa tua itu menunjuk ke tong sisa anggur dan berkata, “Bukankah itu? Kamu bisa memakannya besok, tong sisa anggur itu telah direndam selama dua puluh hari!

BACA JUGA: Jadwal Festival Qi Xi Tahun 2023, Hari Valentine China yang Penuh Kisah Romantis

Du Shaokang merasa mimpi ini sangat aneh, jadi dia membuka tong itu saat senja keesokan harinya. Saat dia mengangkat tutup tangki, bau asam masuk ke lubang hidungnya. Semua orang di rumahnya berkata: “Baunya sangat asam! Segeralah buang!”

Du Shaokang dengan berani mencicipi air kuning itu, ternyata rasanya asam dan lezat.

Pada Malam Tahun Baru, ketika seluruh keluarga makan pangsit bersama, Du Shaokang menuangkan sedikit air kuning untuk semua orang dan meminta mereka mencicipinya.

BACA JUGA:10 Tata Cara Masyarakat Tionghoa Gunakan Sumpit, Larangan yang Kamu Wajib Tau

Sambil makan, semua orang berkata: “Rasanya sangat enak!”

Air kuning ini telah menjadi bumbu, Du Shaokang bingung mau memberinya nama apa. Tiba-tiba, Du Shaokang ingat apa yang dikatakan dewa tua dalam mimpinya, jadi dia menggunakan kata èr shí yī rì yǒu, yang artinya dua puluh satu hari” untuk membentuk kata cù, yang artinya cuka”.

Hingga saat ini, cuka telah menjadi bumbu wajib di dapur Tiongkok, dan Provinsi Shanxi telah menjadi daerah penghasil cuka yang terkenal. (*)

Sumber: