Asal Usul Cuka Versi Masyarakat Tionghoa, Sangat Terkenal di Palembang

Asal Usul Cuka Versi Masyarakat Tionghoa, Sangat Terkenal di Palembang

Cuka yang dimakan berbarengan dengan pempek atau makanan lain punya cerita tersendiri di kalangan masyarakat Tionghoa.--tionghoa.org


PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM – Pempek adalah makanan khas Kota PALEMBANG yang sudah terkenal seantero nusantara. Makin enak saat dimakan dengan hirupan cuka atau orang PALEMBANG biasa menyebutnya dengan cuko.

Bahkan, saking enaknnya pempek pernah disebut sebagai salah satu makanan terenak di dunia versi tastealtas awal 2023 lalu.

Makan pempek ini memang punya ciri khas tersendiri. Makannnya baru terasa nikmat saat berbarengan dengan cuka.

BACA JUGA: Jadwal Sembahyang Dewa Guang Gong, Lambang Kesetiaan dan Kejujuran, Paling Banyak Dipuja Masyarakat Tionghoa

Cuka atau cuko adalah cairan tambahan yang rasanya asam dan pedas. Bahan bakunya terdiri dari campuran bawang, cabai, gula merah, dan sebagainya.

Posisi Kota Palembang yang berada di perairan sungai Musi, yang merupakan jalur perdagangan, menimbulkan kisah bahwa pempek berasal dari penduduk datangan yang berasal dari China atau dari masyarakat Tionghoa.

Berkaitan dengan itu, sekilah disebutkan tetang asal asul cuka versi masyarakat tionghoa, yang banyak beredar di kalangan masyarakat. Seperti apa ceritanya? Berikut legenda asal asul cuka seperti dikutip dari tionghoa.org.

BACA JUGA:Fakta Festival Bulan Hantu yang akan Dirayakan di Bulan Agustus Sesuai Jadwal Sembahyang Tionghoa

Pada zaman dahulu kala, di Kabupaten Yuncheng, Provinsi Shanxi, Tiongkok, ada seorang pria bernama Du Shaokang yang pndai membuat arak/anggur.

Dia sering menyimpan ampas sisa pembuatan anggur untuk memberi makan kudanya.

Suatu kali, Du Shaokang menuangkan ampas anggur ke dalam tong besar, menambahkan air, dan menutupinya untuk digunakan nanti.

BACA JUGA:Jadwal Sembahyang Hari Raya Tionghoa Bulan Agustus 2023, Ada Festival Qi Xi dan Bulan Hantu

Karena Tahun Baru Imlek semakin dekat dan ada banyak hal yang harus diselesaikan, dia melupakan tong berisi ampas anggur.

Lebih dari setengah bulan berlalu, dan suatu hari, dia bermimpi di mana seorang dewa tua berjanggut putih meminta bumbu. Du Shaokang berkata: “Maaf, saya tidak punya bumbu”.

Sumber: