Rudi Hartono: Nyalakan Obor Pencerahan Politik Jelang Pemilu 2024

Rudi Hartono: Nyalakan Obor Pencerahan Politik Jelang Pemilu 2024

Pesta demokrasi akan segera dimulai serentak pada Pemiliu 2024 pada 14 Februari 2024.--

Bahkan, lebih tinggi lagi kadar meleknya, mereka bisa menilai janji politik relevan atau tidak.

Mereka tidak gampang termakan oleh janji politik populis, apalagi gimik-gimik politik yang kering.

Meski awan gelap masih menyelimuti langit politik Indonesia, tetapi ada juga secercah harapan.

BACA JUGA:Ganjar di Palembang, Dengar Keluhan Pedagang, Bicara Program Pajale

Saat kita mulai jenuh dengan kampanye politik yang monolog, pidato yang penuh sesak dengan jargon-jargon dan sorak-sorai, atau gimik-gimik receh.

Beberapa kandidat melahirkan model-model kampanye baru yang lebih segar dan deliberatif:

Desak Anies, Slepet Imin (Muhaimin), Demokreasi (Ganjar), dan Tabrak Prof (Mahfud MD). Model-model baru itu lebih menyegarkan.

Diskusi berlangsung secara dialogis, terbuka untuk siapa saja, dan mempertemukan Capres-Cawapres dengan keluhan warga secara langsung.

Model-model baru ini berpeluang dimajukan untuk melahirkan demokrasi deliberatif.

BACA JUGA:Serap Aspirasi Warga, Hafisz Tohir dan Faqowini Sambangi Warga 29 Ilir

Kita juga perlu mengapresiasi gerakan edukasi politik populer, seperti gerakan Bijak Memilih.

Gerakan yang diinisiasi anak muda ini bertekad memastikan warga negara, terutama kaum muda, untuk memilih berdasarkan informasi yang valid dan berkualitas.

Model kampanye seperti Desak Anies, Slepet Imin, Demokreasi Ganjar, maupun Tabrak Prof Mahfud merupakan pendekatan pencerahan politik dari atas (top-down), yang dilakukan oleh elite politik.

Sementara Bijak Memilih mewakili pendekatan dari bawah (bottom-up). Kita berharap, kampanye-kampanye alternatif itu tidak berhenti pascapemilu.

Sebaliknya, model kampanye semacam itu harus diperluas hingga menjadi lingkaran-lingkaran diskusi atau konsultasi di akar rumput.

Sumber: