Rudi Hartono: Nyalakan Obor Pencerahan Politik Jelang Pemilu 2024

Pesta demokrasi akan segera dimulai serentak pada Pemiliu 2024 pada 14 Februari 2024.--
Menurut Bung Hatta, kalau rakyat tidak punya keinsyafan dan pengertian, maka politik tidak bisa dijalankan.
Sebab, politik tanpa pencerahan hanya melahirkan “manusia pembebek”, yang tak punya pikiran mandiri dan sekadar tergerak karena faktor emosional.
BACA JUGA:VIRAL! Guru Besar UI Gelar Deklarasi Kebangsaan, Buntut Keresahan dengan Situasi Jelang Pemilu 2024
Rakyat yang buta politik, kata penyair kiri Jerman, Bertolt Brecht, tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam kehidupan politik.
Mereka tidak tahu bahwa biaya hidup dan segala hal yang menyangkut kehidupannya ditentukan oleh politik.
Rakyat harus melek politik, agar mengerti isu-isu yang berkembang dan bagaimana kebijakan politik mempengaruhi kehidupannya.
Melek politik berarti memiliki pengetahuan, kemampuan, dan sikap untuk menyikapi isu-isu sosial dan politik (Sir Bernard Crick, 1978).
BACA JUGA:Mahasiswa Diminta Turun Mengawasi Pemilu dengan Penuh Integritas
Bagi Crick, melek politik merupakan persyaratan paling dasar untuk memastikan warga negara untuk menjadi partisipan politik yang sadar, efektif, dan rasional.
Hanya masyarakat melek politik yang bisa melahirkan pemimpin dan kehidupan politik yang sehat dan demokratis.
Beberapa indikator melek politik, antara lain: mengenal hak dan kewajiban sebagai warga negara, mengenal isu-isu politik yang berkembang, mengikuti berita/informasi politik secara reguler.
Juga bisa memilah informasi politik yang relevan, mengetahui cara berpartisipasi dalam politik, punya sudut pandang sendiri dan bisa bertukar pikiran, dan lain-lain.
Warga yang melek politik akan tahu bahwa di balik jalan yang rusak ada tanggung jawab pemerintah yang tak tertunaikan.
Mereka akan tahu, sembako hingga hasil pembangunan dibiayai oleh APBN, bukan dana pribadi pemerintah.
Sumber: