Urban Legend Palembang, Pulau Kemaro Berawal dari Kisah Cinta Teragis dan Tak Pernah Tergenang Air

Urban Legend Palembang, Pulau Kemaro Berawal dari Kisah Cinta Teragis dan Tak Pernah Tergenang Air

Pulau Kemaro merupakan salah satu Urban Legend di Palembang yang dipercaya berawal dari kisah cinta yang teragis --

PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Pulau Kemaro merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di kota PALEMBANG.

Selain itu pulau kemaro juga menjadi tempat yang sakral bagi masyarakat Tionghoa khususnya umat tridarma di Palembang.

Pulau kemaro biasanya ramai dikunjungi oleh para wisatawan pada saat perayaan Cap Gomeh yang biasa dirayakan pada hari ke-15 setelah tahun baru Imlek.

Di lokasi ini terdapat Vihara serta pagoda 9 lantai yang tinggi menjulang tepat ditengahnya. Selain itu terdapat juga makam Siti Fatimah dan Tambunan, sebuah kisah cinta tragis yang jadi awal mula terbentuknya Pulau Kemaro.

BACA JUGA:Siapa Sebenarnya 'Antu Banyu' Sosok Mistis Penunggu Sungai Musi, Telah Lama Jadi Urban Legend di Palembang

Pulau kemaro berada tepat di tengah sungai Musi Palembang, Pulau ini dapat diakses dengan menggunakan ketek (Perahu motor khas Palembang) selama 20 menit dari dermaga Benteng Kuto Besak.

Namun pada saat perayan Cap Gomeh biasanya akan disediakan jembatan penyebrangan dari susunan tongakang di daerah Prodeksim yang dekat dengan Pabrik PT Pusri.

Pulau yang dipercaya masyarakat Palembang tidak pernah tergenang air apalagi tenggelam meski saat sungai Musi sedang pasang ini berawal dari sebuah kisah cinta teragis antara Siti Fatimah dan Tambunan.

Dikisahkan Siti Fatimah adalah seorang putri dari kerajaan Palembang sementara Tambunan adalah pangeran dari negeri Tiongkok.

BACA JUGA:Urban Legend Palembang, Sosok Kuntilanak Merah Penunggu Jembatan Musi II, Mitos Atau Fakta

Tambunan datang ke Palembang untuk berdagang dan pada saat akan meminta izin kepada Raja Palembang dirinya bertemu dengan sosok Siti Fatimah dan langsung jatuh hati.

Bagitupun dengan Siti Fatimah yang ternyata juga menaru hati pada Tambunan. Singkat cerita setelah mendapat restu Tambunan lalu memboyong Siti Fatimah untuk pulang ke negeri Tiongkok.

Orang tua Tambunan pun juga merestui pernikahan anaknya dengan Siti Fatimah, dan mereka pun memberikan tujuh guci besar sebagai hadiah pernikahan sang anak.

Tambunan dan Siti Fatimah pun berlayar kembali ke Palembang dengn membawa tujuh guci besar pemberian orang tuanya.

Sumber: