Trimedya Sorot Tewasnya Brigadir Yosua dan Pelecehan Seksual Istri Jendral Sambo; Apa Kita Ini Buta?

Trimedya Sorot Tewasnya Brigadir Yosua dan Pelecehan Seksual Istri Jendral Sambo; Apa Kita Ini Buta?

RADAR PALEMBANG –Anggota Komisi III DPRD Trimedya Panjaitan sorot tewasnya Brigadir Yosua dan pelecehan seksual istri Jendral Sambo.

Menurut Trimedya,  banyak pertanyaan yang sebenarnya belum tuntas terjawab dalam kasus tewasnya Brigadir Yosua.

Trimedya  juga menyoal cerita pelecehan seksual Istri Jendral yang menjadi penyebab peristiwa baku tembak di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.

Kader PDI Perjuangan ini  menyorot , soal kronologi baku tembak 2 polisi dan olah TKP oleh penyidik Polri di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo.

BACA JUGA:Anggota DPR Duga Ada Masalah Pribadi Pada Kasus Yosua, Brigadir Polisi yang Tewas di Rumah Jendral Sambo

BACA JUGA:CSR PLN di Sumsel Minim, Manejer Komunikasi: Ukurannya Bukan Laba Wilayah

Menurutnya, polisi sempat menyebut ada teriakan dari istri Ferdy Sambo, yakni Putri Candrawathi karena mengalami pelecehan seksual sebelum insiden baku tembak.

Apa Memang seperti Itu ceritanya? "Itu kita semua buta," ujar Trimedya kepada wartawan, Jumat (15/7).

Alumnus Universitas Padjajaran (Unpad) itu kemudian menyebut pertanyaan lain yang belum terjawab tentang peluru dari aksi baku tembak.

Trimedya mengaku belum menerima informasi dari polisi tentang ceceran darah di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo setelah peristiwa baku tembak yang katanya dilatar belakangi  pelecehan seksual  istri jendral itu.

"Bagaimana proses menembaknya itu? Kemudian peluru bagaimana? Kan, darah berceceran, kok, kita masyarakat tidak diperlihatkan itu," ungkap dia.

BACA JUGA:KontraS Ungkap Kejanggalan Penembakan di Rumah Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo, Ini 6 Daftarnya

BACA JUGA:Kolam Bola Bebek Palembang Icon Beli Dua Gratis Satu Tiket. Buruan!

Pendiri Serikat Pengacara Indonesia (SPI) itu melanjutkan ada pertanyaan lain yang juga belum terjawab soal autopsi hingga hasil rekaman CCTV di area sekitar rumah Irjen Ferdy Sambo.

 Trimedya mengaku sudah mendengar hasil rekaman kamera pengawas disita pihak kepolisian. Namun, Korps Bhayangkara tidak membeberkan alasan penyitaan tersebut.

Apa motifnya? Apa motifnya diambil? Apakah yang lalu lalang di jalan biar tidak terlihat mobilnya," ungkapnya.

Sebelumnya, Seno Sukarto selaku ketua RT 005/RW 01 Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, membeberkan persoalan kamera pemantau atau CCTV di kawasan tempat tinggalnya.

Di wilayah RT purnawirawan Polri pangkat bintang dua itu pula terdapat rumah dinas Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo yang menjadi lokasi baku tembak antara Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dengan Bharada E pada Jumat lalu.

BACA JUGA:PLN Disemprot Dewan Soal CSR, Untung Rp13Triliun, CSR Rp1,8 Miliar, Hasil Bumi Tersedot , Rakyat Sumsel?

BACA JUGA:Indonesia Terancam Resesi Ekonomi, Masuk Daftar 15, Sri Mulayani Bilang Potensinya Kecil

Menurut Seno, warganya memasang CCTV di rumah masing-masing. "(CCTV) di luar itu ditaruh di pos satpam," tuturnya kepada wartawan, Rabu (13/7).

Namun, pensiunan polisi berbintang dua itu mengaku tidak tahu soal kondisi kamera pengawas di rumah dinas tempat Irjen Ferdy Sambo tinggal. Mantan perwira tinggi (pati) Polri itu juga mempersoalkan penggantian dekoder CCTV di pos satpam kompleks perumahan tersebut.

Pria berusia 84 tahun itu menyebut penggantian dekoder CCTV tersebut dilakukan pada Sabtu (9/7) atau sehari setelah insiden penembakan di rumah Irjen Ferdy Sambo.

Menurut Seno, penggantian dekoder CCTV di pos satpam itu dilakukan atas inisiatif polisi. "Saya tahunya Senin," ucapnya. (ast/jpnn)

 

 

Sumber: