Tokoh Inspirasi, Abas Akbar, Juara Dunia dan Filosofi Latihan Tiga Kali
Abas Akbar pernah jadi juara dunia pencak silat dan menjadi tokoh inspirasi Sumsel kepada generasi muda.-salamun/radar palembang-
Tak hanya latihan di pagi dan sore hari, 3 waktu dalam sehari latihan, akan memaksimalkan kemampuan. “Kemampuan diri akan tetap terjaga, karena terus latihan tanpa henti, bahkan jelang pertandingan,” kata dia.
Abas menambahkan, prestasi dilihat dari kualitas latihannya, kalau lawan berlatih 10 kali maka kita harus lebih, wajib 20 kali latihan, usaha keras dan tak boleh lupa untuk berdoa.
Atlet haruslah menjiwai bidang olahraga digelutinya, agar selalu memperoleh keberhasilan. “Seorang atlet harus menjiwai bidangnya, jangan cepat puas jika baru 1 kali juara, kebanyakan sudah menjadi juara PON sudah cukup, bukan seperti itu seorang atlet seharusnya,” kata pria yang bekerja di Bank Sumsel Babel sejak tahun 1996.
BACA JUGA: Afat Lahir dan Besar di Baturaja, Hijrah ke Palembang jadi Pegawai Diler
Karakter wajib dimiliki seorang atlet ialah selalu waspada dan meningkatkan kemampuan diri lebih baik lagi. Karena, kata Abas, mempertahankan lebih berat daripada merebut. Belum lagi, penyakit seorang atlet, telah juara, dapat uang Rp 200 juta, maka sudah selesai.
Itulah yang harus diubah dari dalam diri seorang atlet. “Tekanan kalau kita seorang juara maka tekanannya akan semakin tinggi, prestasi itu perlu dijaga dengan latihan,” ujar dia.
Tak lupa mencari kemampuan lawan akan dihadapi dalam pertandingan. Karir kepelatihan, Abas memulainya tahun 2006 lalu.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Kurmin Halim, Anak Sopir Taksi yang Bermimpi Tinggi
Selalu Doa
Pencak silat mengajarkan ketaqwaan, kejernihan berpikir, mental dan mempertebal iman. Sebab pencak Silat umumnya membimbing insan ke jalan Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Silat itu sakral, identik dengan keagamaan karena selalu tak pernah lupa berdoa, sehingga dibekali keyakinan. Bahwa kekuatan itu tidak berasal dari kita sendiri, didalamnya berasal dari Allah, didalam kemampuan kita ada doa dari orang tua, pelatih serta teman-teman,” jelas dia.
Terpenting, ketika sudah menjadi juara, tak boleh sombong. “Seorang juara tidak boleh menjadi sombong, juara dunia tetap menunduk karenanya menjadi juara bertahan,” ujarnya lagi.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis Elysa Thamrin, Kuliah Finance di Amerika, Pulang jadi Sales Counter
Sumber: