Kembalikan Kejayaan Kopi Sriwijaya, Strategi Pengembangan agar jadi Kopi Terbaik Nusantara

Kembalikan Kejayaan Kopi Sriwijaya, Strategi Pengembangan agar jadi Kopi Terbaik Nusantara

Arifin Susanto SE MSc, Kepala OJK Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.-ist-

Branding “Kopi Sriwijaya” belum masuk dalam top of mind pelaku bisnis dan penggemar kopi nusantara. Menurut riset Ardiansyah (2023) yang dimuat dalam detik.com, problematika Kopi Sumsel pada dasarnya berkaitan dengan aspek kultural dan aspek struktural.

BACA JUGA:Resmi Dikukuhkan, Ini Target Kepala OJK Sumsel Babel Arifin Susanto

Problematika Kultural

Problematika kultural yang pertama meliputi aspek jenis, produksi, peruntukan, dan mekanisme pasar. Jenis kopi yang paling banyak ditanam di Sumsel 90% adalah robusta dan peruntukannya untuk industri. 

Mekanisme pasar yang telah terbentuk turun temurun yaitu panen-jemur-pengepul menyebabkan kecenderungan hasil panen dijual langsung oleh pengepul kepada industri, yang kebanyakan diluar daerah (seperti Lampung) karena faktor minimnya pelaku industri kopi di Sumsel.

Kedua, aspek psikologis petani. Mayoritas petani kopi Sumsel merupakan generasi pewaris kebun dan pohon orang tua, sehingga cenderung merasa sudah dalam comfort zone. 

“Petani kopi enggan memperlakuan, merawat, dan mengolah kopi agar lebih memadai dan bernilai tambah,” ucapnya.

BACA JUGA:Gawat, Terus Merebak, OJK Tutup 4.981 Rekening Disinyalir Lakukan Transaksi Judi Online

Ketiga, aspek produktivitas petani. Dengan luas areal lahan terbesar secara nasional, semestinya produktivitas petani Kopi Sumsel jauh lebih tinggi. Namun demikian, rata-rata produktivitas Kopi Sumsel ternyata baru 0,9 ton per hektar dan lebih sedikit dibandingkan Riau (1,2 ton) dan Sumatera Utara (1,2 ton). Apabila produktivitas tinggi, produksi kopi yang dihasilkan tentunya jauh lebih besar dari yang diserap pasar saat ini.

Problematika Struktural

Problematika struktural industri Kopi Sumsel meliputi aspek hilirisasi. Hilirisasi adalah proses atau strategi untuk meningkatkan nilai tambah suatu komoditas. Bentuk konkret hilirasi antara lain memperbanyak infrastruktur pengolahan pasca panen untuk menghasilkan added value yang lebih banyak. 

Hilirisasi mendorong terbentuknya ekosistem lokal yang terintegrasi sehingga dapat mengurangi distribusi biji kopi ke luar daerah, mengembangkan teknologi dan keterampilan, serta menciptakan bisnis turunan seperti coffee shop, thematic event, tourism integration, dan lain sebagainya. Hilirisasi juga meningkatkan prospek investasi baik langsung maupun tidak langsung. 

BACA JUGA:5 Tips Bijak Belanja Lebaran Pakai Paylater versi OJK, Waspada Agar Tak Masuk Daftar Riwayat Kredit Buruk

Sejauh ini, infrastruktur hilirisasi industri Kopi Sumsel masih belum memadai, sehingga tidak dapat mengimbangi produksi biji Kopi Sumsel yang terbesar secara nasional. Kurangnya infrastruktur hilirisasi mengakibatkan terjadinya distribusi biji kopi ke luar daerah (misalnya Lampung) untuk pengolahan pasca panen dan aktivitas ekspor mancanegara.

Problematika kedua yaitu belum optimalnya infrastruktur yang ada untuk memobilisasi rantai distribusi komoditas ke entitas pembeli (end buyer) dalam skala besar. 

Sumber: