I'tikaf, Menemukan Jati Diri dan Kedekatan dengan Allah SWT di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Kegiatan i'tikaf yang dilakukan di 10 hari terakhir ramadhan dengan tujuan lebih mendekatkan diri kepada SWT.--
Fungsi dari niat ketika beri'tikaf ini antara lain untuk menegaskan perbedaan antara ibadah dan selain ibadah saat seseorang berdiam diri di masjid.
Sebab, bisa saja orang yang berdiam diri di masjid, namun bukan dalam ibadah. Seperti sekedar duduk ngobrol dengan rekannya. Meski keduanya sama-sama duduk untuk mengobrol. Yang satu mendapat pahala i\'tikaf, yang satunya tidak mendapat pahala i'tikaf.
BACA JUGA:Yuk Kenali Asam Lambung, Jangan Anggap Sepele! Berikut Berbagi Tips Tetap Sehat Selama Puasa
Tempat i'tikaf
Para ulama sepakat bahwa tempat untuk beri\'tikaf adalah masjid dan bangunan selain masjid, tidak sah untuk dilakukan i'tikaf. Dasarnya adalah firman Allah SWT
"Dan janganlah kamu melakukan persetubuhan ketika kamu beritikaf di masjid,” (QS. Al-Baqarah ayat 187)
Dan juga tidak ditemukan riwayat bahwa Rasulullah SAW melakukan i'tikaf di selain masjid.
Para ulama juga sepakat bahwa beri'tikaf di tiga masjid, yaitu Masjid al-Haram di Mekkah, Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid al-Aqsha di al-Quds Palestina, lebih utama dan lebih besar pahalanya, bila dibandingkan dengan pahala beri'tikaf di masjid yang lain.
Demikian juga para ulama sepakat bahwa masjid jami yang ada shalat jamaahnya adalah masjid yang sah digunakan untuk beri'tikaf.
BACA JUGA:Rekomendasi 6 Buah Terbaik untuk Menjaga Jantung Sehat Selama Buka Puasa, Yuk Cari Tahu di Sini
Menetap di dalam Masjid
Seluruh ulama sepakat bahwa berada atau menetap di dalam masjid, (al-lubsu fil masjid) merupakan rukun i'tikaf.
Namun yang menjadi titik perbedaan pendapat adalah masalah durasi minimal, sehingga keberadaan di masjid itu sah berstatus i'tikaf.
- Mazhab Pertama: Sesaat Saja Sudah Sah.
Mayoritas ulama (Hanafi, Syafi'i, Hanbali) menegaskan bahwa durasi minimal untuk beri'tikaf adalah sa'ah (as), baik di siang hari atau malam hari.
Sumber: