China Hapus Zero Covid Policy, BI: Permintaan Domestik Meningkat

China Hapus Zero Covid Policy, BI: Permintaan Domestik Meningkat

Gubernur BI, Perry Warjiyo--

PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COMBank Indonesia merespon secara positif terkait kebijakan China yang menghapus Zero Covid Policy atau Kebjikan Zero Covid.

Kebijakan Zero COVID-19 China adalah upaya untuk mencegah penyebaran komunitas dari virus corona, dimana tujuannya adalah untuk menjaga kasus mendekati nol. 

Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah China telah memberlakukan beberapa tindakan dengan menerapkan strategi menggunakan penguncian yang ketat dan terarah serta pengujian massal. 

Adanya penghapusan Zero Covid Policy atau Kebijakan Zero Covid ini, nantinya akan berimbas luas ke perekonomian, dengan perkiraan permintaan demostik meningkat. 

BACA JUGA:Bank Indonesia Sebut Penghasilan 6 Bulan Kedepan Bakal Meningkat

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Kamis 16 Februari 2023 mengatakan pertumbuhan ekonomi China berpotensi lebih tinggi dengan permintaan domestik yang meningkat.

Perkiraan ini, menurut Perry Warjiyo, sejalan pembukaan ekonomi China pascapenghapusan Zero Covid Policy.

Bank Indonesia (BI) menyebut pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih baik dari prakiraan, hal ini karena adanya penghapusan Zero Covid Policy di China.

Perry Warjiyo mengungkapkan BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih tinggi dari prakiraan 2,3 persen sebelumnya.

BACA JUGA:The Fed Berkali-kali Naik, Bank Indonesia Malah Menahan Suku Bunga Acuannya, Begini Penjelasan Chatib Basri

Namun, Perry Warjiyo juga mengungkapkan tetap ada prediksi perlambatan ekonomi disaat bakal naiknya perekonomian China.

Lalu bagaimana kondisi perekonomian Indonesia, Secara spasial, pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat pada 2022 terjadi di seluruh wilayah.

Dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Jawa, Bali-Nusa Tenggara (Balinusra), Kalimantan, dan Sumatera.

Untuk tahun 2023, BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen. 

Sumber: