The Fed Berkali-kali Naik, Bank Indonesia Malah Menahan Suku Bunga Acuannya, Begini Penjelasan Chatib Basri

The Fed Berkali-kali Naik, Bank Indonesia Malah Menahan Suku Bunga Acuannya, Begini Penjelasan Chatib Basri

RADAR PALEBANG – Bank Indonesi (BI) menahan suku bunga acuan di saat Bank Sentral Amerika Serikat The Fed telah berkali-kali menaikkan bunganya selama sementer I 2022 hingga mencapai 150 bps (basis poin).  Sejumlah ekonom memprediksikan, The Fed akan kembali menaikan suku buga acuannya dalam waktu dekat ini.

Menyikapi itu, Ekonom Chatib Basri yang juga mantan Menteri Keuangan Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan alasan-alasan Bank Indonesia (BI) menahan suku bungan acuan (BI Rate).

Chatib Basri menyampaikan pandangannya, lewat  akun tweeter-nya @ChatibBasri lewat utas yag cukup panjang.  Menurutnya, Alasan BI mempertahankan suku bunganya karena inflasi yang masih terndali dan masih dalam target 3+/-1 persen.

Pada sisi lanjut Chatib, share dari foreigh holders di Bond  pemerintah sudah realtif kecil sehingga gejolak exchange rate relatif bisa terkendalikan.  

BACA JUGA: Dulu Ada Kartu Sembako Murah, Kini Beli Minyak Goreng Pakai PeduliLindungi! Terus Fungsinya Apa?

Selain itu,  BI menahan suku bunga acuan juga dipengaruhi oleh boom komoditas dan energy juga membuat posisi current account deficit Indonesia relative baik.

‘’Dalam konteks ini, nilai tukar rupiah masih terjaga walaupun bank sentral Amerika The Fed sudah menaikkan tingkat bunganya secara agresif,’’ujar Chatib Basri.

Kendati demikian, mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini, mengingatkan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan itu terhadap tingkat inflasi di tingkat produsen. Menurutnya, Inflasi di level konsumen (IHK) memang hanya 3.55 persen akan tetapi di tingkat produsen sudah di atas 9 persen.

‘’Artinya, biaya produksi sudah naik tetapi produsen belum menaikkan harga karena daya beli masyarakat masih lemah. Saat ini produsen mengambil langkah mengurangi profit margin.  Ini harus mendapat perhatian BI dalam kebijakan terhadap suku bunga acuanh,’’tukasnya.  

BACA JUGA:Habis Rendang, Munculah Wanita Berhijab Pamer Makan Babi, Eh Malah Dia Pertanyakan Ayat Alquran

Chatib Basri kembali mengingatkan, kondisi seperti itu tidak akan bias berlangsung selamanya. Para pengusaha sebagai produsen satu saat pasti akan menaikkan harga. Ini berarti inflasi akan merangkak naik.

‘’Atas dasar itu, saya memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan untuk mengantisipasi lonjakan inflasi. Begitu juga dengan rencana The untuk menaikkan suku bunganya juga akan mendorong BI menaikkan bunganya,’’imbuh Chatib.

Kenapa demikian? Dia menjelaskan, dalam konsep ekonomi peran dari ekspektasi inflasi amat penting. Selama ekspektasinya inflasi itu masih pada kisaran 4 persen maka BI belum akan menaikkan suku bunga acuan.

Bagaimana bila produsen mulai mengkonversikan biaya produksi kepada konsumen? Menurut Chatib  BI akan melakukan adjustment.  Dia justru mewanti-wanti bank Indonesia.

BACA JUGA:Sulit Cari Kerja, Buka Sablon& Konveksi Cekos Prabumulih Kini Pasarnya Jangkau Aceh dan Papua

BI harus memperhatikan psykologis pasar. Sekian lama harga-harga di tahan sedemikian rupa, jika terjadi kenaikkan maka bisa cukup tajam. Dalam kondisi ini BI tentu akan berhitung dan mengambil langkah untuk menaikkan suku bunga acuan.

Faktor lain yang akan mempengaruhi apakah BI akan menahan atau menaikkan Suku Bunganya adalah sektor BBM. Chatib Basri menyebut  bila terjadi perang harga lantaran kondisi global yang labil, harga minyak akan melambung tinggi.

‘’Apakah harga BBM akan dinaikkan? Ini akan berpengaruh kepada ekspektasi inflasi. Jika ekspektasinya naik, maka BI harus menaikkan suku bungan acuannya,’’pungkas Chatib Basri menutup utasnya.

Sementara itu, sejumlah ekonomi memprediksi Bank Sentral Amerika akan menaikkan suku bunganya  sebesar 0,75 basis poin pada Juli 2022. Selanjutnya kenaikan akan terus berlanjut pada Bulan September sebesar 0,5 basis poin.

 

BACA JUGA:Indonesia Mau Jadi Pusat Ekonomi Syariah Dunia? Perbaiki Dulu 15 Indikator ini

"Pekan lalu The Fed menaikkan suku bunga dana federal, kenaikan suku bunga terbesar sejak 1994, setelah data resmi beberapa hari sebelumnya menunjukkan inflasi secara tak terduga naik meskipun ekspektasi telah mencapai puncaknya," mengutip Okezon dilansir dari Survei Ekonom oleh Reuters, Jumat(24/6/2022).

Mengutip  berita Okezon yang tayang Juma, 24 Juni 2022, menunjukkan banyak momentum bank sentral amerika akan menaikkan suku bunga. Kendatipun  ada kekhawatiran resesi meningkat dan aksi jual tajam di pasar keuangan.

Imbal hasil obligasi naik tajam dan indeks ekuitas utama Wall Street sudah diperdagangkan di pasar beruang, yang turun 20% dari puncaknya.

Dalam jajak pendapat Reuters 17-21 Juni lalu, hampir tiga perempat ekonom, 67 dari 91 orang, memperkirakan kenaikan suku bunga AS sebesar 75 basis poin lagi pada Juli.

Itu akan membawa suku bunga The Fed Funds Rate ke kisaran 2,25 persen-2,50 persen. Itu adaah angka posisi netral di mana The Fed mengestimasi perekonomian tidaklah bergairah ataupun terbatas.

Mayoritas responden memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin lagi di bulan September, dengan pendapat yang terbagi, apakah akan naik 25 atau 50 basis poin di bulan November. Mayoritas memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember.(yui)

 

Sumber: