20 Tahun Radar Palembang, Transformasi Digital

20 Tahun Radar Palembang, Transformasi Digital

Harian Radar Palembang berulang tahun ke-20 pada 1 Februari 2023 dan bertranformasi digital.-ist-

Koran hantu. Kata-kata itu menjadi pemicu bagi punggawa-punggawa Radar Palembang, sebut saja Yurdi Yasri dan Ali Sahbana serta tim.

Hanya beberapa bulan setelah rapat yang sangat intens itu, manajemen Radar Palembang mengusulkan kepada CEO Jawa Pos Sumbagsel Suparno Wonokromo (Almarhum) agar melepaskan kerjasama dengan Non Stop. Alasannya tidak memberikan value bagi kemajuan Radar Palembang untuk jangka panjang.

‘’Terserah kalian dek, yang penting kalian maju. Kalau non stop dilepas, saya setuju-setuju saja,’’ujar Pak Parno ketika kami temui bersama Ali Sahbana.

Satu bulan  pasca dibantai habis-habisan para petinggi group Jawa Pos Sumbagsel,  Radar Palembang merubah format dengan menjadi Koran umum murni.

Berita-beritanya  lebih dominan dengan format news alisis. Berita halaman diisi dengan berita dengan format Laporan Khusus-- membahas satu topik berita dengan banyak engle.

Halaman dalam diisi dengan berita-berita bersifat metropolis dan bisnis. Untuk mengaet pemasang iklan dibuatlah rubrik Market dan Ritel. Satu halaman lagi ada rubrik ekonomi. Secara penampilan, Radar Palembang sudah berubah total—sedikit elitis. Identitas sebagai koran umum  sudah didapatkan. Pembaca pun mulai melirik.

BACA JUGA:Warga Muhammadiyah Mulai Puasa Kamis 23 Maret 2023, Hasil Keketapan Majelis Tarjih dan Tadjid

Ternyata itu masih belum cukup untuk benar-benar eksis  dan menjadi Radar Palembang sebagai perusahaan yang menjanjikan.

Dalam merebut pasar baik oplah koran maupun iklan harus bertarung dengan koran sejenis dan induk dari Radar sendiri yaitu Sumatera Ekspres.

Cukup sulit juga mencari celah dan masuk ke dalam segmen ini meskipun Radar sangat terbantu dengan nama besar Sumatera Ekspres.

Format seperti ini berlangsung dua tahun. Kendati sudah mulai mandiri dalam operasional perusahaan, secara perusahaan Radar Palembang masih tertatah tatih. Tidak dapat membukukan laba operasi yang bagus.

Bahkan kadang-kadang Sumeks sebagai induk terpaksa menyusui radar untuk menutupi biaya operasional.

Kendati telah berubah kinerja perusahaan masih jauh dari harapan. Setiap ada rapat evaluasi, selalu menjadi objek pembantaian dalam makna positif. Berbagai kritik dan solusi pun diberikan. Persoalannya adalah, meski sudah memiliki identitas yang jelas –tidak lagi berbentuk Koran hantu—tetapi masih sulit menerobos ceruk pasar dari harian umum.

BACA JUGA:Kapolres ‘Si Jago Ulet’ Bilang Wartawan CAKEP

Para punggawa Radar Palembang pun harus berfikir keras mencari alternatif. Pasar Koran kriminal dan umum telah terisi. Maka timbullah ide-ide liar, bagaimana kalau Radar Palembang mencari celah pasar yang lebih tersegmentasi lagi. 

Sumber: