Pada Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20, Sri Mulyani Pamer Strategi Investasi Berkelanjutan

Pada Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20, Sri Mulyani Pamer Strategi Investasi Berkelanjutan

RADAR PALEMBANG – Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20 yang berlangsung 11-17 Juli 2022 di Bali, membahas dampak perubahan iklim terhadap ekonomi makro, fiskal, devisa serta investasi.

Kepada peserta sidang yang terdiri dari orang-orang hebat dari belahan dunia itu,  Menkeu Sri Mulyani memamerkan strategi investasi berkelanjutan Indonesia.

Menukil dari Siaran Pers Humas Kemenkeu, pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20 itu berlangsung dalam format hybrid. Hadir juga pada pertemuan itu sejumlah  organisasi internasional.

Lembaga yang ambil bagian adalah: pertama,  International Monetary Fund (IMF). Kedua, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Dan ketiga, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

BACA JUGA:Airlangga Ajak Anggota G20 Bangkit Bersama Indonesia yang Ekonominya Tumbuh 5,1%

BACA JUGA:Sherpa ke-2 Presidensi G20 Indonesia di Labuan Bajo, Orkestrasikan Recover Together, Recover Stronger

Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka pembukaan Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20. Dia mengawali diskusi dengan melaporkan intisari pembahasan dari the Sustainable Finance Working Group Policy Levers Forum.

Pada kesempatan itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan strategi investasi berkelanjutan Indonesia.   Inti dari sambutannya adalah arah kebijakan untuk mendorong transisi menuju investasi berkelanjutan.

Sri Mulyani mengajukan pertanyaan menggelitik kepada peserta pertemuan.  ‘’ Bagaimana kebijakan yang akan ditempuh oleh negara anggato G20 untuk mengurangi ketergantungan pada aktivitas yang menghasilkan emisi kotor yang tinggi,’’ujarnya, 17 Juli 2022.

Bagi Indonesia, saat ini sudah mulai mengupayakan pengurangan energi fosil. Itu merupakan Strategi Investasi Berkelanjutan Indonesia. 

BACA JUGA: G20 EMPOWER Presidensi Indonesia, Microsoft Kolaborasi Tingkatkan Partisipasi Perempuan

BACA JUGA:Dukung KTT G20, PLN Tambah 2 Pembangkit Perkuat Listrik Bali

Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral G20, merupakan  High Level Breakfast Discussion on Climate Mitigation.  Ini merupakan bagian dari rangkaian pertemuan The Third Series of G20 Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG).

Forum tersebut tersebut merupakan sarana para Menteri dan Gubernur Bank Sentral untuk berbagi pengalaman, kesuksesan, dan pandangan dari upaya global mengatasi perubahan iklim.

Diskusi kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari OECD mengenai hasil awal kajian mitigasi perubahan iklim termasuk dampaknya terhadap ekonomi makro, fiscal, dan sektor lingkungan.

Perwakilan dari the International Panel on Climate Change (IPCC) dan the International Monetary Fund (IMF) juga menyampaikan pandangan mereka.

Dalam diskusi, para menkeu dan gubernur bank sentral saling bertukar pengalaman mengenai kebijakan domestik masing-masing Negara tentang strategi investasi. 

BACA JUGA:Rangkaian KTT G20: Energy Transition Working Group Digelar. Apa Saja yang Dibahas ?

BACA JUGA:Tahun 2022, Pendapatan Negara Lampaui Target, Menkeu Sri Mulyani Beberkan Basisnya

Isunya adalah terkait upaya mengatasi perubahan iklim dengan tetap menjaga stabilitas keuangan dan pertumbuhan ekonomi dan investasi berkelanjutan.

Diskusi juga secara khusus membahas instrumen dan inisiatif kebijakan perubahan iklim. Termasuk juga di dalamnya kerangka bauran kebijakan dan mekanisne yang sesuai, terutama dalam penerapan strategi investasi berkelanjutan.

Diskusi juga membahas lebih lanjut terkait The G20 Sustainable Finance Roadmap yang telah disahkan oleh pimpinan negara anggota G20 pada Oktober 2021.

Mereka menyoroti peran instrumen kebijakan publik untuk memberikan sinyal pada pasar keuangan dan investasi terkait transisi iklim.

Kebijakan negara anggota G20, harus mendorong partisipasi permodalan publik dan sektor swasta, dalam menyusun strategi investasi berkelanjutan.

Instrumen kebijakan transisi yang adil dapat digunakan sebagai mekanisme transisi yang mendukung ketersediaan energi bersih.

Kemudian mendorong pengurangan dan penghapusan subsidi bahan bakar fosil dan juga menjadi dasar penetapan harga karbon untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).

Untuk mencapai target karbon netral, implementasi  the Paris Agreement dan target agenda 2030, setiap negara dapat merumuskan kebijakan transisi dengan menggunakan pendekatan yang efisien.

 Tujuannya adalah mengkatalisasi komitmen pasar dan investasi berkelanjutan terhadap pengurangan emisi karbon.

Selanjutnya, mendukung upaya transisi energi bersih kepada negara berkembang dan rentan. Kebijakan tentu menyesuaikan dengan kondisi domestik masing-masing negara.

Diskusi pada the High-level Breakfast Discussion on Climate Mitigation ini juga diharapkan dapat memperkaya pembahasan G20 mengenai aksi perubahan iklim global.

Ini adalah upaya memperkuat sinergi dengan inisiatif global lain seperti the Coalition of Finance Ministers for Climate Action atau the Climate Club. (yui)

 

 

Sumber: