Airlangga Pamer Ekonomi Indonesia di G20 , Cadangan Devisa Oke Ekspor Kinclong

Airlangga Pamer Ekonomi Indonesia di G20 ,  Cadangan Devisa Oke Ekspor Kinclong

RADAR PALEMBANG –  Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto,  pamer ekonomi Indonesia di G20 dalam ajang  High Level Forum on Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20.

Airlangga pamer ekonomi Indonesia yang terus tumbuh setelah dihantam wabah covid-19 dan tekanan tekanan global.

Dari sisi moneter, Menko Airlangga pamerkan saat ini cadangan devisa Indonesia mencapai USD 135,6 miliar.

Begitu juga Neraca perdagangan Indonesia juga terus berada pada tren positif dengan surplus sebesar USD 5,09 miliar per Juni 2022.

BACA JUGA:Minyak Sawit Solusi Pangan Global, Airlangga Pada Sidang Tingkat Menteri CPOPC

Secara kumulatif, ekspor Indonesia selama semester I tahun 2022 telah mencapai USD 141 miliar, atau meningkat 37,1% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Sementara itu dari sisi investasi, pada Q1 tahun 2022 telah terealisasi lebih dari 28% komitmen investasi, dengan kontribusi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar USD 10,22 miliar dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar USD 9,33 miliar.

“Pertumbuhan ini menunjukkan kepercayaan global terhadap Indonesia dan juga menunjukkan bahwa Indonesia membuat kebijakan yang tepat dalam situasi yang penuh tantangan ini,” tegas Menko Airlangga.

Lebih lanjut, Menko Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia juga terus mengakselerasi hilirisasi komoditas yang memiliki nilai tambah tinggi, khususnya pada produk manufaktur.

BACA JUGA:Airlangga Ajak Anggota G20 Bangkit Bersama Indonesia yang Ekonominya Tumbuh 5,1%

Peningkatan nilai tambah dalam kegiatan produksi juga tercermin pada aktivitas manufaktur yang terus berada pada level ekspansif.

Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa adanya pandemi Covid-19 turut mendukung pertumbuhan Industri 4.0 di Indonesia. Hal tersebut membuat mekanisme produksi menjadi lebih digital.

Untuk itu, Menko Airlangga mengatakan bahwa dunia harus berkolaborasi untuk memastikan implementasi Industri 4.0 yang diharapkan dapat meminimalisir dampak pada produksi dan biaya logistik serta menyerap guncangan pada rantai nilai global.

BACA JUGA:Risiko dan Tantangan Global Ancam Momentum Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Beberkan Strategi Pemerintah

“Inilah saatnya untuk mengkaji isu-isu industri di TIIWG. Bagi banyak negara, industri menjadi tulang punggung perekonomian karena adanya multiplier effect terhadap sektor lain. Industri juga memainkan peran penting dalam memulihkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan telah menciptakan lapangan kerja. Purchasing Managers Index (PMI) juga relatif menunjukkan ekspansif yang sebagian besar di atas 50,” ujar Menko Airlangga.

Menutup penjelasannya, Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Indonesia telah berkomitmen melakukan transisi energi dan mendorong upaya-upaya yang mempertimbangkan dampak lingkungan berbasis percepatan energi bersih melalui penerapan investasi yang lebih efisien serta melalui input teknologi.

“Indonesia menginginkan tren transformasi industri berbasis batu bara menjadi industri yang hijau dan berkelanjutan. Untuk itu, Indonesia mengusulkan kepada anggota G20 untuk mendukung penuh transformasi ini,” pungkas Menko Airlangga. (yui)

BACA JUGA:Agrikultur Penopang Terbesar Ekonomi, Petani Sejahtera? Airlangga Jelaskan Prioritas Inklusif Keuangan

Sektor perdagangan, investasi, dan industri merupakan mesin pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Dorongan dari ketiga sektor tersebut akan membuat setiap negara dapat melakukan pemulihan ekonomi yang lebih kuat dan lebih cepat pasca pandemi Covid-19.

Selain itu, ketiga sektor tersebut juga berperan penting dalam menghadapi tantangan global lain yang muncul akibat ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang berdampak pada pasokan energi dan pangan global.

Terkait tantangan-tantangan global tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa tantangan global tentu membutuhkan solusi global, sehingga pendekatan multilateral yang tidak membatasi ekspor dan impor perdagangan harus tetap dijalankan sesuai dengan peraturan World Trade Organization (WTO).

Hal tersebut disampaikan secara virtual dalam The High Level Forum on Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) pada Selasa (26/07).

BACA JUGA:Pada Konsultasi Publik RAPBN 2023, Pakar Sorot Kualitas Belanja Negara

“G20 menjadi platform strategis untuk menjawab tantangan tersebut. Kita tidak boleh terpecah-belah dalam tindakan dan visi kita untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dan lebih kuat di masa depan,” tegas Menko Airlangga.

Sejalan dengan agenda Working Group dan peran Indonesia dalam Presidensi G20 tahun ini, Menko Airlangga mengatakan bahwa Indonesia terdorong untuk menggalang dukungan dari anggota G20 lainnya dalam menetapkan arah strategis menuju kepercayaan lembaga global seperti WTO.

“Penting bagi G20 untuk membuka jalan agar WTO tetap relevan dan membahas dampak perdagangan dan ekonomi dari situasi geopolitik. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan rantai pasokan dan kemudian menerapkan langkah-langkah kebijakan perdagangan, menjaga ketersediaan, dan keterjangkauan harga pangan. Ini adalah isu-isu inti dan sangat penting,” jelas Menko Airlangga. (yui)

 

Sumber: