Pada saat itu masyarakat Nauru hanya fokus kerja di pertambangan saja dan pemerintah menggratiskan pajak untuk masyarakatnya.
Pemerintah tuh juga membagikan banyak hal dengan gratis mulai dari pembangunan rumah, akses listrik, air bersih bahkan tiket penerbangan untuk semua masyarakat Nauru .
GDP perkapita Nauru naik hampir 2 kali lipat hanya dalam 10 tahun yang mencapai 5.414 US Dollar di tahun 1980.
Sebagai perbandingan perkapita Singapura pada tahun 1980an yang pada saat itu sedang menggalakan pembangunan besar-besaran berada di level 5.005 US Dollar dengan jumlah penduduk 2,4 juta jiwa yang masih sangat produktif disegala aspek pembangunan skala besar.
Sementara Nauru yang hanya 7800 jiwa dapat mengalahkan Singapura dengan hanya berjualan kotoran burung.
Namun dibalik semua kenikmatan pulau yang dijuluki Pleasant island tersebut terdapat bom waktu yang mengahancurkan negara tersebut, dimana semua rakyat Nauru terlena dengan segala sumber daya yang berlimpah hingga lupa untuk mengelola kekayaan dan keuangan.
Mereka juga tidak terlatih untuk menghadapi satu situasi ekonomi yang sangat penting yaitu kelangkaan.
Dimana fosfat yang terdapat didalam kotoran burung tersebut akan habis dan mengalami kelangkaan.
Pemerintah Nauru mulai mencari cara bagaimana caranya agar mereka dapat mengelola cadangan kas negara, dan pemerintahan Nauru akhirnya menciptakan badan hukum investasi nasional atau SWF dengan nama Nauru Phosphate Royalties Trust atau NPRT.
Lembaga SWF tersebut bertugas untuk mengelola dana miliaran dollar, Republik Nauru terus menginvestasikan uang mereka ke luar negeri.
Namun sayangnya tidak terdapatnya ahli ekonomi dan ahli keuangan maupun investasi di Nauru yang membuat mereka perlu untuk konsultasi dengan banyak konsultan asing untuk mengelola uang yang mereka miliki.
Pada akhirnya banyak dana keuangan mereka yang diinvestasikan menjadi aset tidak liquid seperti real estate dan hotel di berbagai kota besar di seluruh dunia seperti di Auckland, Manila, Melbourne, Honolulu, London dan lain sebagainya.
Salah satunya yang cukup terkenal adalah pembangunan Nauru House, yaitu sebuah gedung pencakar langit yang sempat menjadi landmark gedung tertinggi di Melbourne pada tahun 1970-an.
Namun sejak tahun 1976, GDP Nauru terus menurun seiring dengan penurunan produksi fosfat yang berhasil ditambang, sementara pengelolaan dana di NPRT juga berantakan.