Mengenai bisnis SPBU yang digelutinya sekarang, Djunaidi menyebut awalnya serba kebetulan. Ia yang membeli tanah di Jl Jend Sudirman samping Taman Makan Pahlawan (tempat SPBU-nya sekarang), sempat merencanakan untuk membangun ruko tiga lantai.
”Dulu tanah SPBU ini banyak yang mundur meski sudah bayar DP (down payment), mereka takut tidak mendapat izin karena dekat dengan tanah Taman Makan Pahlawan. Tanah ini dulunya miring, tapi berkat usaha bisa datar dan bisa kita bangun SPBU,” jelas dia.
Namun, dalam pikiran Djunaidi, tanah seluas kurang lebih 2000 meter persegi itu bisa dapat 14 sampai 15 ruko. Lantai satu tempat pusat jajanan, lantai dua untuk sarana olahraga biliar, dan lantai tiga digunakan sebagai pusat hiburan keluarga seperti karaoke.
Suatu ketika, ada seseorang yang datang kepadanya untuk membeli tanah tersebut. Namun, karena letaknya strategis, Djunaidi tidak serta merta menjualnya. Ia sempat melakukan proses negosiasi. Apalagi harga yang disepakati relatif besar. Djunaidi bahkan tidak bisa tidur memikirkan jadi atau tidak dijual.
BACA JUGA:Tokoh Inspirasi Sumsel, Marzuki Alie, Tanamkan Nilai Religius dalam Jalankan Tugas
”Saya sangat penasaran mengapa mereka sangat ngotot untuk membeli tanah tersebut. Saya pun bertanya dan mendapat jawaban yang pada akhirnya memberi inspirasi. Atas izin istri, saya langsung mengatakan untuk membuat SPBU,” tuturnya. Tahun 2004, SPBU itu pun terwujud. Sekarang masyarakat Palembang menyebutnya dengan SPBU Pahlawan.
Pendirian SPBU inilah yang akhirnya membuat Djunaidi dipercaya sebagai Ketua Himpunan Wiraswata Minyak dan Gas (Hiswanamigas) Sumsel tahun 2008-2013. (*)
*Artikel ini pernah tayang di edisi khusus 100 Tokoh Inspirasi Sumsel Harian Radar Palembang.