Sebagai orang tua harus memberi azas keadilan kepada anak. Itu diterapkan sebab banyak orang tua yang menyuruh anaknya belajar sementara dia sendiri sibuk nonton televisi. ”Itu kurang baik untuk perkembangan si anak,” paparnya.
BACA JUGA:Tokoh Inspirasi, H Syofwatillah Mohzaib, Juragan Komik ke Senayan Berkat Alquran
Sejak kecil Djunaidi memang dididik untuk mandiri. Setamat sekolah dasar di Desan Bantan Kecamatan Martapura OKU Timur tahun 1965, ia melajutkan ke SMPN7 di Palembang. Djunaidi tinggal di rumah paman.
Karena waktu itu, di Martapura belum ada sekolah setingkat SMP. Yang ada di Baturaja, Tanjung Karang, atau di Palembang. ”Daripada di Baturaja, saya lebih memilih merantau di Kota Palembang. Kemudian pindah ke SMPN5 dan melajutkan sekolah di SMAN4 Palembang.”
Saat di Palembang inilah wawasan Djunaidi terbuka. Banyak pengetahuan baru yang didapat. Ia sempat melanjutkan kuliah di Universitas Sriwijaya, tapi karena ada kesempatan untuk menjadi pegawai negeri sipil, maka dia menerima tawaran untuk kerja di Bangka di Kecamatan Sungai Selan tahun 1973.
Waktu itu, belum ada tes penerimaan PNS seperti sekarang, untuk jadi PNS harus mengabdi dulu menjadi tenaga honorer. Selama lebih dari setahun menjadi honorer, tugas Djunaidi hanya mengetik dan membikin amplop dari kertas berkas yang dilipat.
BACA JUGA:Tokoh Inspirasi Sumsel Bambang Hariyanto, Tidak Pernah Melamar Pekerjaan
”Tidak seperti sekarang yang serba mudah. Dulu, untuk membikin amplop, kami memanfaatkan kertas bekas stensil yang rusak,” akunya.
Setelah menjadi honor, Djunaidi kemudian diangkat menjadi PNS dengan golongan 2A. ”Waktu itu, golongan camat 2B, jadi saya langsung diangkat menjadi kepala kantor. Sementara pegawai lain, rata-rata golongan 1,” kenang Djunaidi.
Ada cerita menarik saat ia mengabdi sebagai PNS di Bangka. Menurut Djunaidi, karena jarak desa tempat di bekeja sangat jauh dari pusat kota yaitu sekitar 38 kilometer, maka untuk menuju ke sana harus naik truk.
”Jadi, kalau menerima tamu, mereka pasti membawa golok atau parang. Saya yang duduk di depan, harus pintar merayu mereka agar mau meninggalkan golok tersebut di luar kantor sebelum bertamu,” tutur mantan anggota DPRD Sumsel periode 2009-2014 ini.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Hj Hajiratun Toyiba, Owner Metasari, Jangan Pelit dengan Orang Tua
Kemudian setelah bekerja kurang lebih lima tahun, Djunaidi mendapat kesempatan belajar di APDN di Jl Pendawa Palembang tahun 1978. Lalu di tahun 1981, ia ditarik ke Inspektorat Pemerintah Provinsi Sumsel.