Antisipasi Penyebaran Wabah, DKPP Sumsel Ajukan 10 Ribu Vaksin, Virus SE Sebabkan Kerbau Mati Mendadak

Antisipasi Penyebaran Wabah, DKPP Sumsel Ajukan 10 Ribu Vaksin, Virus SE Sebabkan Kerbau Mati Mendadak

Mengantisipasi penyebaran wabah virus SE penyebab kerbau mati mendakak kian meluas DKPP Sumsel mengajukan penmabahan vaksin ke Pusat--

OKI, RADARPALEMBANG.COM - Mengantisipasi penyebaran wabah virus Septicaemia Epizootice (SE) penyebab kerbau mati mendakak kian meluas DKPP Sumsel mengajukan penmabahan vaksin ke Pusat.

"Kita sudah minta 10 ribu dosis vaksin SE ke pusat, setelah sampai akan kita salurkan ke kabupaten/kota di Sumsel.

Dalam waktu dekat akan tiba," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumatera Selatan (Sumsel), Ruzuan Effendi, Jumat, 19 April 2024.

Vaksinasi yang dilakukan saat ini merupakan langkah mengantisipasi agar wabah penyakit yang meneyebabkan Kerbau mati mendadak di OKI tidak menyebar luar ke hewan ternak lainnya.

BACA JUGA:DKPP Sumsel: 90 Persen Ternak Sudah Divaksinansi, Cegah Kematian Kerbau di OKI

Dan bukan hanya vaksin, pihak DKPP Sumsel juga mengajukan vitamin dan obat-obatan agar kerbau punya daya tahan tubuh yang baik.

"Sudah kita ajukan juga bantuan vitamin dan obat-obatan agar kerbau punya daya tahan tubuh yang baik," tambahnya.

Menurut Ruzuan saat ini ada sekitar 26 ribu populasi kerbau di Sumsel. Sebab itulah perlu ada antisipasi cepat agar populasi kerbau terjaga di Sumsel. Saat ini, penyakit itu telah menyebar ke beberapa wilayah di Sumsel.

"Di Banyuasin baru ada laporan gejala yang mirip saja. Di Empat Lawang baru kita tahu dari media, pihak dinas belum melaporkan.

BACA JUGA:Terungkap Penyebab Ratusan Kerbau di OKI Tiba-tiba Mati, Diduga Terjangkit Virus SE

Sementara di OKI dan Ogan Ilir sudah ada laporan kerbau yang mati mendadak. Jumlahnya sudah ratusan," jelasnya.

Ia mengungkapkan, pemeliharaan kerbau dengan melepaskan secara liar hewan ternak menjadi salah satu penyebab rentan terserang penyakit.

Cara itu disebutnya masih tradisional. Hal itu juga membuat penularannya kian masif.

"Tidak ada yang dibudidayakan secara intensif, sehingga membuat susah untuk dikontrol kesehatannya," ucapnya.

Sumber: