Seulawah Hingga Indonesia One, Ini Sejarah Perkembangan Pesawat Kepresidenan RI Dari Masa ke Masa

Seulawah Hingga Indonesia One, Ini Sejarah Perkembangan Pesawat Kepresidenan RI Dari Masa ke Masa

Sejarah perkembangan pesawat Kepresidenan Republik Indonesia terus berkembang dari masa ke masa mulai dari Seulawah Hingga kini Indonesia One--

PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Sejarah perkembangan pesawat Kepresidenan Republik Indonesia terus berkembang dari masa ke masa mulai dari Seulawah Hingga kini Indonesia One.

Pesawat Kepresidenan pertama RI milik Presiden Soekarno hingga sekarang Indonesia one mengalami banyak perkembangan.

Pesawat Kepresidenan RI tentunya sudah banyak mengalami perubahan sejak awal berdirinya Negara Republik Indonesia.

Dilansir dari PT Dirgantara Indonesia, 8 Tahun sebelum Indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1937, dipimpin oleh Tossin, beberapa pemuda Indonesia dan pengusaha lokal di Indonesia meminta untuk dibangunnya pesawat terbang disebuah bengkel di Jalan Pasirkaliki, Bandung.

BACA JUGA:Minimalis, Ini Spesifikasi Pesawat Kepresidenan RI Indonesia One , Ternyata Ide dari Presiden SBY

Pesawat yang berhasih memproduksi saat itu diberi nama dengan PK. KKH. Pesawat yang dibangun pemuda Indonesia itu semlat menggemparkan dunia karena kampuan pesawat yang dapat terbang ke negara Tiongkok China, Belanda, dan daerah-daerah lainnya.

Satu tahun kemudian pada 1938, LW. Walraven dan MV. Patist meminta untuk dibuatkannya pesawat berukuran kecil  saat itu di bengkel Jalan Kebon Kawung, Bandung.

Pada awal kemerdekaan pada tahun 1945 kebutuhan akan pesawat mukai dirasakan oleh Presiden bahkan masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan dan sangat luas.

Karena hal tersebut, pemerintahan dan masyarakat Indonesia menyadari bahwa pentingnya transportasi udara untuk kelancaran ekonomi dan juga pertahanan Nasional bagi Negara RI.

BACA JUGA:8 Mobil Kepresidenan Paling Mahal di Dunia, Sudah Pasti Canggih dan Aman

Pada tahun 1946, didirikannya Angkatan Idara Indonesia atau TNI AU oleh Biro Perencanaan dan Konstruksi.

Pada Bulan Juni 1948 presiden Soekarno memberitahu rencananya bahwa ingin membeli pesawat ketika diadakannya pertemuan di Hotel Kutaraja Banda Aceh.

Karena keinginan sari Presiden Soekarno tersebut maka terjadilah penggalangan dana dalam rapat umum tersebut. 

Masyarakat Aceh mengumpulkan sumbangan mereka saat itu senilai 20 kg emas. Dari uang tersebut dibelikanlah sebuah pesawat baling-baling DC-3 Dakota yang diberi nama Seulawah artinya gunung emas.

Sumber: