Wukuf di Arafah dan Pengakuan Keterbatasan Diri Sebagai Manusia
Wukuf di Arafah--kemenag.go.id
Demikian pula jamaah haji wajib berwukuf, yaitu berdiam sejenak untuk memutus keburukan dalam hati, pikiran, dan tindakan.
BACA JUGA:Keberangkatan Gelombang Kedua, Jemaah Haji Diminta Kenakan Kain Ihram Sejak di Embarkasi
Dan jamaah haji wajib ber-arafah yaitu menyadari bahwa dirinya memiliki keterbatasan-keterbatasan, serta menyadari bahwa kehidupah dunia hanyalah kendaraan menuju kehidupan akhirat yang kekal.
Dalam ibadah wukuf, pakaian ihram hanyalah symbolik bahwa kehidupan manusia itu dibatasi, tidak seorang pun dari jamaah haji yang berani melewati batasan itu.
Semua harus memakai kain ihram dengan warna yang sama dan di lokasi yang sama.
Jika terdapat jamaah haji yang memakai pakaian berjahit atau berwukuf di luar padang Arafah, maka ibadah hajinya batal. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang dibatasi, dibatasi dengan syariat, dibatasi dengan batas usia, dibatasi kekuatan fisiknya, dibatasi jangkauan berpikir, dan lain sebagainya.
BACA JUGA:Jangan Paksakan Diri! Berikut Ini Beberapa Kemudahan dalam Menjalani Ibadah Haji
Manusia memang memiliki kekuatan fisik dan akal serta kesempurnaan dalam penciptaannya, namun terbatas dan terukur. Proses penciptaan manusia pun telah diatur oleh Allah SWT, dan fungsi tubuh pun memiliki batasan.
Manusia terlahir lemah, kemudian dijadikan kuat oleh Allah, lalu kemudian kembali menjadi tua dan melemah. Sebagaimana firman Allah SWT,
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
“Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(-mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (Qs. Ar Rum: 54)
BACA JUGA:Ini Sebaran per Provinsi untuk Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah
Karakteristik keterbatasan menunjukkan arti kesempurnaan, karena manusia tercipta dan berbuat dengan spesialisasi yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Tidak ada seorang pun yang memiliki semua spesialisasi, dia ilmuwan, juga olahragawan, juga pedagang, juga wartawan, juga petani, dan sebagainya.
Namun kebijaksanaan Allah SWT yang menjadikan manusia dibatasi ruang dan waktu, serta dibatasi kemampuan fisik dan pengetahuan agar tercipta harmonisasi kehidupan, sikap saling membantu, sikap saling bertukar pengetahuan, dan lain sebagainya.
Sumber: