Erdogan Kembali Terpilih Jadi Presiden Turki, Mata Uang Lira Terus Melemah

Erdogan Kembali Terpilih Jadi Presiden Turki, Mata Uang Lira Terus Melemah

Recep Tayyip Erdogan telah resmi Presiden Turki hingga tahun 2028 usai memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Turki putaran kedua.--reuters.com

ISTANBUL, RADARPALEMBANG.COM – Recep Tayyip Erdogan telah resmi Presiden Turki hingga tahun 2028 usai memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Turki putaran kedua. 

Untuk diketahui, pilpres putaran kedua ini digelar setelah pemilihan yang pertama pada 14 Mei lalu gagal menentukan capres pemenang.

Pada pilpres putaran pertama, kala itu tidak ada capres yang mampu meraup perolehan suara di atas 50 persen.

"Berdasarkan hasil sementara, telah ditentukan bahwa Recep Tayyip Erdogan terpilih sebagai presiden," kata Ketua Dewan Pemilihan Tertinggi Ahmet Yener seperti dilansir AFP dari kantor berita negara Anadolu, Senin 29 Mei 2023.

BACA JUGA:Akhir Pekan Ini Harga Emas Terus Naik, Apakah Ukuran 1 Kg Bakal Tembus Lagi Rp 1 Miliar?

Pilpres putaran kedua ini, Erdogan unggul tipis dengan selisih lima poin atas capres oposisi Kemal Kilicdaroglu dalam pertarungan pilpres yang ketat dua pekan lalu. 

Hasil pilpres putaran utama menunjukkan 49,5 persen suara diraup Erdogan dan 44,9 persen suara diraup Kilicdaroglu.

Capres nasionalis Sinan Ogan berada di urutan ketiga dengan 5,2 persen suara dukungan dan tereliminasi untuk mengikuti putaran kedua. 

Usai terpilih resmi, Recep Tayyip Erdogan sebagai Presiden Turki hingga tahun 2028, mata uang Turki, Lira merosot ke rekor terendahnya terhadap dolar AS, Minggu 28 Mei 2023 kemarin. 

BACA JUGA:Harga Emas Hari Ini Kembali Bertahan, Saat Beli tapi Cek Detailnya di Sini?

Saat ini, USD 1 setara 20,00 Lira Turki, tidak jauh dari rekor terendahnya pada Jumat lalu untuk USD 1 setara 20,06 Lira Turki.

Lira sudah melemah lebih dari 6 persen sejak awal tahun dan kehilangan lebih dari 90 persen nilainya selama satu dekade terakhir. 

Hal itu karena kondisi ekonomi yang berada dalam cengkraman siklus boom and bust yang merajalela serta serangan inflasi dan krisis mata uang.

Sejak krisis 2021, pihak berwenang telah mengambil peran yang semakin aktif di pasar valuta asing dengan pergerakan harian menjadi sangat kecil dan sebagian besar mencatat pelemahan. 

Sumber: