Belajar Bisnis Fesyen dari Alwantriati Tundrarizmi, Owner Rumah Busana Tria
Tria Gunawan punya kiat tersendiri untuk tetap eksis di dunia fesyen.-salamun/radar palembang-
SUMSEL, RADARPALEMBANG.COM - Alwantria Tundzarizmi atau lebih beken dengan sebutan Tria Gunawan, punya banyak pengalaman dalam mengembangkan bisnis fesyennya.
Figur wanita kelahiran September 1965 ini, sudah tak asing lagi di tengah para pebisnis, serta desain fesyen, khususnya kerajinan kain khas Palembang.
Beragam penghargaan telah dikantonginya. Karyanya pun bukan hanya dikenal dalam Kota Palembang namun telah terkenal hingga tingkat nasional bahkan internasional.
Wanita cantik yang selalu tampil modis ini, memulai karier di dunia tekstil kain songket hanya sekadar coba-coba. Dulu sebelum mengembangkan rumah busana, ia bekerja di perusahaan swasta. Setelah beberapa lama bekerja, perusahaan itu gulung tikar dan semua karyawan di-PHK termasuk dirinya.
BACA JUGA:Tokoh Inspirasi Sumsel, Marzuki Alie, Tanamkan Nilai Religius dalam Jalankan Tugas
Karena ada pemutusan hubungan kerja (PHK), waktu itu Alwantria Tundzarizmi atau lebih beken dengan sebutan Tria Gunawan, mendapatkan pesangon. Setelah lama berpikir dan ditimbang-timbang mau diapakan uang tersebut, akhirnya ia mencoba untuk membuka rumah busana.
“Waktu itu karya pertama saya beragam aneka bordiran yang ditawarkan kepada teman-teman. Setelah lama berjalan, ternyata banyak teman yang mensupport usaha yang saya kembangkan, bahkan bukan hanya sekadar semangat, beragam saran pun mereka sampaikan,” ceritanya.
Untuk memperdalam ilmu Tria terus berusaha untuk belajar. Di saat bersamaan kebetulan saat itu sang suami yang merupakan seorang pegawai Departemen Pertanian mendapat tugas ke Yogyakarta selama beberapa minggu, Tria mencoba memanfaatkan waktu luang saat mendampingi suami di Yogyakarta dengan kursus mewarnai kain jumputan.
“Dari sini saya mulai berpikir, mengapa tidak saya kembangkan keterampilan ini dengan kain jumputan khas Palembang,” cetus Tria.
BACA JUGA:Tokoh Inspirasi, Hatta Rajasa, Sukses ‘The Family Man’
Ketika kembali ke Palembang, Tria pun memborong semua peralatan mewarnai bahan sampai pada canting-cantingnya. Kain jumputan Tria ternyata memiliki banyak peminat.
Namun semakin merambah pasaran luas, wanita cantik yang mulai berhenti bekerja sebagai pegawai bank pada 1997 dan mulai beralih profesi membuka butik di rumahnya ini tidak mau kreasinya hanya sampai di situ.
Dirinya berkeinginan produknya lebih berkelas dan mempunyai nilai jual lebih tinggi. Jumputan yang biasanya tampil polos itu pun kemudian dibordir.
Meski harga jualnya pasti lebih mahal, bahan jumputan dengan hiasan bordir ternyata banyak disukai pembeli, terutama ibu-ibu arisan. Kreasi Tria memang unik. Selain mendesain bahan baku berupa kain jumputan, Tria pun mendesain bahan jadi berbentuk baju, rok dari bahan tersebut.
Sumber: