4 Bahan pokok Ini Berpotensi Picu Inflasi, Apa Sajakah Itu
Nurcahyo Heru Prasetyo, Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel.--
PALEMBANG, RADAR PALEMBANG - Meski inflasi cenderung terkendali dan melandai bahkan deflasi, tapi potensi inflasi atau kenaikan harga sembako harus tetap diwaspadai dalam 2 Minggu terakhir jelang akhir tahun 2022.
Hal ini terungkap di HLM (High Level Meeting) TPID (Tim Pengendali inflasi Daerah) se-Sumsel membahas mengenai Upaya Pengendalian inflasi Daerah serta Ketersediaan Pasokan jelang Nataru di Hotel Santika Premiere Bandara Palembang, Senin, 12 Desember 2022.
Sukerik, Statistik Madya Fungsi Distribusi BPS Sumsel mengatakan secara bulanan kekhawatiran atas kenaikan BBM (bahan bakar minyak,read) memicu inflasi besar-besaran, Alhamdulillah tidak terbukti.
Dimana, sambung dia, di bulan Oktober deflasi dan di November minus nol koma sekian yang artinya juga alami deflasi. Seperti diketahui, kenaikan harga BBM terjadi di 3 September 2022 lalu, baik subsidi maupun bukan subsidi.
BACA JUGA:TPID se-Sumsel Bersinergi Kendalikan Inflasi Jelang HBKN Natal 2022 dan Tahun Baru 2023
Kondisi Oktober dan November ini, kata Sukerik, penyebabnya (inflasi,read) makanan dan minuman, cabai, merah, cabai rawit hingga harga tiket pesawat turun (harga,read) di November.
Meski demikian, ia tetap mengingatkan akan ada potensi inflasi atau kenaikan harga bahan kebutuhan pokok terutama di moment akhir tahun ini. "Rata-rata harga komoditas (sembako,read) strategis, kita anggap warning (perlu perhatian,read) di 2 minggu kedepan."
Sebagai contoh, menurut Sukerik, harga beras, memang di Sumsel dan seluruh Indonesia kita mengalami surplus 10 juta ton, dan 3 bulan terakhir (komponen beras,read) di sisi (penyumbang,read) inflasi sedikit melemah.
Tapi, Sukerik mengungkapkan ada persoalan dasar terkait industri beras selama ini. "Kita tidak tahu beras di siapa? 700 ribu (surplus beras Sumsel,read) dari suplai hitung dari produksi padi dan dibandingkan konsumsi, makanya ketemu angka 700 ribu ton."
BACA JUGA:QRIS Didorong ke Asean, Kawal Regional Payment Conectivity, Pesan Penting Diseminasi G20 di Bali Bagian 1
Meski demikian, jumlah sebesar itu dalam hitungan, tak diketahui letak pasti ketersediaan stoknya. "Dimana? Apakah di pedagang, apakah di rumah tangga, apakah di rumah makan dan apakah di pesantren yang memang punya cadangan masing-masing,"ungkap dia.
Secara tersirat, Sukerik memastikan beras selalu tersedia di pasar jika masyarakat membutuhkannya. "Indikatornya kalau beli beras, pasti ada di pasar. Namun diprediksi cadangan menipis karena baru panen di bulan Februari, Maret dan April nanti (2023,read),"ulasnya.
Selain beras, ia juga mewanti-wanti komoditas lain, berikutnya daging ayam, dimana kegiatan natal dan tahun baru pasti akan berdampak. "Memang 2 minggu terakhir di November ada kenaikan daging ayam dan telur ayam."
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengingatkan perhatian TPID ke komoditas bawang merah, rata-rata bawang merah akan meningkat. "Saat ini (Desember,read) Rp41 ribu per kg bawang merah."
BACA JUGA:10 Ribu Toko Kelontong Meriahkan Pesta Retail SRC
Lalu, lanjut dia, bawang putih sedikit mengalami peningkatan dibandingkan November kemarin, harga cabai merah naik tipis, dan juga cabai rawit mengalami peningkatan signifikan.
Dari pertimbangan diatas, Sukerik mengingatkan fenomena di bulan Desember belum pernah terjadi deflasi, pasti inflasi (kenaikan harga barang di suatu daerah dalam satu periode,read).
Ia menambahkan, sebabnya di Desember itu dan APBD pemerintah mengucurkan luar biasa, kalau orang punya duit maka dia akan belanja, apalagi ada hari besar natal dan tahun baru, inflasi dicatat bisa terkendali.
Dharma Budhy Pelaksana Tugas (Plt) Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Pemprov Sumsel mengatakan berdasarkan laporan, Sumsel termasuk tingkat inflasi menengah, lihat paparan di kabupaten kota tingkat inflasi tinggi di Sumsel tidak terjadi.
BACA JUGA:Hadapi Resesi, Pegadaian Lemabang Ajak Nasabah Investasi Emas
Dalam paparan sebelumnya, disebutkan kemungkinan terkait inflasi 10 persen komoditas beras akan meningkat 1 persen tingkat kemiskinan ? Budhy mengingatkan untuk Pemda selalu memantau terhadap kenaikan komoditi terutama beras.
Kalau ada potensi kenaikan harga bahan sembako, diminta segera lakukan intervensi pasar untuk menstabilkan harga beras dan sembako secara umum. "Segera lakukan operasi pasar, sehingga harga beras tidak terjadi kenaikan harga pasar,"ujar dia.
Optimis Konsumen
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan pada bulan November 2022 mengalami deflasi sebesar -0,06% (mtm), dimana pada bulan sebelumnya juga tercatat deflasi sebesar -0,10% (mtm).
"Perkembangan ini terutama bersumber dari deflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar -0,20% (mtm),"jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Erwin Soeriadimadja.
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, sambung dia, inflasi IHK November 2022 tercatat sebesar 5,87% (yoy), sementara inflasi nasional dan regional Sumatera masing-masing tercatat sebesar 5,42% (yoy) dan 5,67% (yoy).
Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sebesar -0,20% (mtm) dengan andil sebesar -0,06% (mtm). Deflasi didorong oleh penurunan harga pada beberapa komoditas subkelompok makanan, minuman dan tembakau yaitu cabai merah dengan andil -0,175% (mtm), bawang putih dengan andil -0,019%(mtm), ikan mujair dengan andil -0,013%(mtm) dan cabai rawit dengan andil -0,013%(mtm).
Penurunan harga pada cabai merah dan cabai rawit terutama didorong oleh adanya peningkatan pasokan seiring dengan masih berlangsungnya musim panen di daerah sentra produksi.
"Selain itu, deflasi yang lebih dalam juga didorong oleh penurunan harga pada komoditas angkutan udara dengan andil sebesar -0,041% (mtm),"ungkap dia.
Ia menambahkan, penurunan harga angkutan udara seiring dengan berlanjutnya kebijakan relaksasi biaya pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat udara (PJP4U) di bandara yang dikelola Kementerian Perhubungan dan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi terhadap angkutan darat yang menurun.
"Survei Konsumen Bank Indonesia pada bulan November 2022 mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat,"ungkap Erwin.
"Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE), Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) secara berurutan menjadi sebesar 126,89; 135; dan 130,94,"jelas dia.
Masyarakat, lanjut Erwin, masih optimis bahwa kondisi perekonomian pada 6 bulan kedepan akan lebih baik, baik dari aspek kegiatan usaha, peningkatan penghasilan, maupun ketersediaan lapangan kerja di tengah peningkatan mobilitas dan pelonggaran kebijakan pembatasan.
"Secara keseluruhan tahun 2022, inflasi Provinsi Sumatera Selatan diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2021, namun masih terkendali,"kata dia.
Selanjutnya, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Selatan akan terus bersinergi dengan TPIP maupun TPID Kabupaten/Kota untuk melakukan pengendalian inflasi berpedoman pada strategi pengendalian inflasi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) serta 7 program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Ke depan, berbagai program pengendalian inflasi lainnya akan terus dilakukan seperti perluasan Kerja sama Antar Daerah (KAD) untuk komoditas pangan, koordinasi yang efektif antar TPID di wilayah Sumatera Selatan melalui pelaksanaan High Level Meeting (HLM) TPID, serta optimalisasi anggaran pemerintah daerah untuk program pengendalian inflasi seperti penyaluran bantuan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dan penyaluran subsidi untuk sektor transportasi.
Sumber: