Laba Semen Baturaja Melambung Tinggi Hingga 500 Persen, Ini Penyumbang Terbesarnya

Aktivitas Pengangkutan Semen yang juga berkontribusi kepada laba semen baturaja yang melambung tinggi. (foto:PTSB) --
RADAR PALEMBANG – Laba Semen Baturaja melambung tinggi pada Semester I 2002 hingga 500%. Ini terekam dalam dalam laporan keuangan PT Semen Baturaja yang disampaikan ke publik sebagai perusahaan terbuka.
Mengutip dari uraian laporan keuangan itu, laba Semen Baturaja melambung tinggi itu, didorong oleh naiknya penjualan dari beberapa item jenis produk semen yang dilempar ke pasar.
Penyumbang terbesar terhadap laba Semen Baturaja itu adalah, naiknya penjualan semen kantong dan semen curah.
Kenaikan penjualan semen kantong mencapai 12% dari Rp 654 miliar menjadi Rp 735 miliar.
BACA JUGA:Ini Komoditas Penyumbang Inflasi Sumsel Juli 2022 Sebesar 0,76 %
Kemudian, Laba Semen Baturaja melambung tinggi juga ditopang oleh penjualan semen curah meningkat menjadi Rp 70 miliar.
Jasa pengangkutan juga berkontribusi terhadap laba Semen Baturaja sebesar Rp 1,6 miliar. Begitu juga dengan penjualan mortal sebesar Rp 69 juta.
Penopang lainnya terhadap laba yang melambung tinggi itu adalah hasil penjualan white clay kepada PT Pupuk Sriwijaya yang berkontribusi sebesar Rp 17,1 miliar.
BACA JUGA:Steak Daging Kerbau ala Arimaya, Empuk dan Renyah
Bukan hanya itu, segmen lain yang juga memacu pendapatan SMBR pada semester I-2022 adalah penjualan yang melebihi 5% yang meliputi penjualan kepada Samudra Panca Jaya sebesar Rp 82 miliar, meningkat 37% daripada penjualan sebelumnya Rp 59 miliar.
Begitu juga dengan penjualan kepada Tunas Surya Bumindo yang tumbuh sebesar 19% menjadi Rp 79 miliar daripada sebelumnya Rp 66 miliar. Sedangkan penjualan kepada PT Matra Agung Persada mengalami penurunan sebesar 56% menjadi Rp 32 miliar, dibandingkan penjualan tahun lalu sebesar Rp 79 miliar.
Namun, di balik capaian kinerja impresif, beban pokok penjualan perseroan meningkat sebesar 10% menjadi Rp 446 miliar dibandingkan beban pokok penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 407 miliar.
BACA JUGA:Harnojoyo Fokus Kembangkan Wisata Religi Makam Ratu Sinuhun di Palembang, Siapa Ratu Sinuhun?
“Beban penjualan paling besar berasal dari pengangkutan dan distribusi yang meningkat sebesar 5,5% menjadi Rp 115 miliar dari sebelumnya Rp 109 miliar,” jelas manajemen perseroan, dikutip (Senin (8/1).
Semua itu mencerminkan perolehan laba Semen Baturaja melambung tinggi dan pertumbuhan kinerja perseroan yang sangat pesat.
Berdasarkan laporan kinerja konsolidasian pada enam bulan pertama 2022, Laba Semen Baturaja melambung tinggi. Ini akan dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 15,7 miliar atau melonjak signifikan sebesar 492% dari periode sama tahun lalu Rp 2,6 miliar.
Sementara dari sisi pendapatan, emiten berkode saham SMBR tersebut juga mencatatkan kenaikan pendapatan 8,2% menjadi Rp 826 miliar pada semester I-2022, dibandingkan semester I-2021 sebesar Rp 763 miliar.
BACA JUGA:Makro Ekonomi Kondusif Dorong Kinerja Keuangan Bank Mandiri Kinclong
Penjualan yang mendongkrak pendapatan berasal dari penjualan semen kantong dengan kenaikan sekitar 12% menjadi Rp 735 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 654 miliar.
Kemudian penjualan semen curah meningkat menjadi Rp 70 miliar, jasa pengangkutan sebesar Rp 1,6 miliar, penjualan mortal sebesar Rp 69 juta.
Penopang lainya disumbang dari hasil penjualan white clay kepada PT Pupuk Sriwijaya yang berkontribusi sebesar Rp 17,1 miliar, meningkat sekitar 20%, dibandingkan penjualan white clay pada semester I-2021 sebesar Rp 12,2 miliar.
Beban lain datang dari bunga pinjaman bank yang juga meningkat sebesar 5% menjadi Rp 78 miliar dibandingkan beban bunga pinjaman bank pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 74 miliar.
Dengan demikian, total aset perseroan ikut tergerus menjadi Rp 5,80 triliun dari posisi aset pada akhir tahun lalu sebesar Rp 5,81 triliun. Penyusutan cukup tajam terjadi di pos kas dan setara kas dari semula Rp 531 miliar pada akhir 2021, menjadi Rp 474 pada Juni 2022.
Jumlah liabilitas SMBR juga menurun dari Rp 2,34 triliun pada akhir 2021 menjadi Rp 2,32 triliun pada pertengahan tahun ini. Sebaliknya, posisi ekuitas sepanjang pertengahan 2022 tumbuh tipis menjadi Rp 3,48 triliun dibandingkan posisi jumlah ekuitas pada akhir 2021 sebesar Rp 3,45 triliun. (yui/investor)
Sumber: