Pendapatan Negara Tumbuh 48,5 Persen Bikin Semester I 2022 APBN Surplus
Menkeu Sri Mulyani Indrawati, umumkan pada Semente I 2022 APBN Surplus. (foto:dok/radar palembang)--
RADAR PALEMBANG – Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/APBN Semester I tahun 2022 Surplus sebesar Rp73,6 triliun atau 0,39 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Semester I 2022 APBN jauh lebih baik daripada periode yang sama tahun lalu, yang mengalami defisit sebesar Rp283 triliun.
“Semester I 2022 APBN Surplus. Jadi 6 bulan berturut-turut APBN kita surplus. Surplusnya di bulan Juni ini dari total surplusnya adalah Rp73,6 triliun,” ujar Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam suaran pers yang diterima media ini, Rabu (27/07).
BACA JUGA:Arah Moneter Negara Maju Berubah, Sri Mulyani: OJK Jangan Lengah
Surplus APB terjadi pendapatan negara tumbuh 48,5 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya Rp887 triliun. Sementara pendapatan negara pada Semester I 2022, mencapai Rp1.317,2 triliun atau 58,1 persen dari target APBN Rp1.846,1 triliun,
Pendapatan negara didorong penerimaan perpajakan yang mencapai Rp1.035,9 triliun atau tumbuh 52,3 persen. Ini memberikan kontribusi kepada pada Semester I 2022 APBN surplus.
Penerimaan pajak tumbuh 55,7 persen atau mencapai Rp868,3 triliun dan penerimaan kepabeanan dan cukai yang tumbuh 37,2 persen atau Rp167,6 triliun.
Selain penerimaan perpajakan, pendapatan negara didukung oleh penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang tumbuh 35,8 persen atau mencapai Rp281 triliun.
Di sisi lain, belanja negara telah mencapai Rp1.243,6 triliun, tumbuh 6,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau mencapai 40 persen dari target APBN 2022.
Realisasi belanja terdiri dari belanja kementerian dan lembaga (K/L) sebesar Rp392,8 triliun atau 41,5 persen dari APBN, serta belanja non K/L Rp483,7 triliun atau 35,7 persen dari APBN 2022.
Kinerja belanja pemerintah pusat tumbuh positif didorong realisasi belanja non K/L untuk subsidi, kompensasi BBM dan listrik, serta pembayaran pensiun, termasuk THR dan Pensiun ke-13.
BACA JUGA:Airlangga Pamer Ekonomi Indonesia di G20 , Cadangan Devisa Oke Ekspor Kinclong
Sementara, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) telah mencapai Rp367,1 triliun atau 45,6 persen dari target APBN. Sedangkan pembiayaan untuk investasi telah terealisasi Rp48 triliun. Kemudian, keseimbangan primer juga mengalami surplus Rp259,7 triliun dibandingkan realisasi Juni 2021 yang mengalami defisit Rp116,2 triliun.
“Semua indikator yang luar biasa positif dari APBN ini di semester I menjadi bekal yang sangat baik untuk kita menghadapi semester II yang kita tahu dan kita paham lingkungan globalnya akan semakin bergejolak dan tidak pasti. Kemungkinan terjadinya resesi, inflasi, dan kenaikan suku bunga semuanya memberikan ancaman, termasuk krisis pangan dan krisis energi. Ini semuanya harus kita antisipasi,” kata Menkeu.
Sebagai penutup, Menkeu menegaskan APBN akan tetap menjadi instrumen yang luar biasa penting untuk menjadi shock absorber, memperbaiki kinerja ekonomi, dan menjaga rakyat.
“Respon dari APBN yang terus dibuat fleksibel dan agile dan juga responsif terhadap perubahan perekonomian yang terus terjadi menjadi kunci bagi terlaksananya APBN yang baik, namun tetap sehat dan kita harapkan akan menjadi instrumen yang kredibel dan sustainable,” pungkas Menkeu. (yui)
Sumber: