BANNER PEMUTIHAN PAJAK
Banner Honda PCX 160 2025

9 Tradisi Perayaan Malam 1 Suro, Bukan Hanya Dilakukan Oleh Masyarakat Jawa

9 Tradisi Perayaan Malam 1 Suro, Bukan Hanya Dilakukan Oleh Masyarakat Jawa

Tradisi perayaan malam 1 Suro yang dilakukan bukan hanya oleh masyarat jawa saja--

Suroan merupakan tradisi warisan yang terus dipraktekkan masyarakat Jawa hingga saat ini. Sebuah Suroan dilakukan pada setiap malam pertama suro atau tanggal Muharram pertama.

Tradisi satu malam Suroan berfokus pada kedamaian dan keamanan batin.

Oleh karena itu, pada malam pertama Suroan biasanya diadakan ritual pembacaan doa oleh seluruh umat yang merayakannya. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan berkah dan menangkal kemalangan

9. Tapa Bisu

Tapa Bisu adalah tradisi tahunan berkeliling Keraton Yogyakarta tanpa sepatah kata pun. Tradisi Mubeng Beteng Tapa Bisu Lampah sendiri sudah dilakukan sejak zaman Sri Sultan Hamengkubuwono II untuk menyambut turunnya malam pertama suro.

Rangkaian ritual Topo Bisu diawali dengan lagu Macapat yang dinyanyikan oleh para abdi dalem Keraton Srimanganti Yogyakarta. Ada doa dan harapan dalam kata-kata balada lagu Macapat yang dinyanyikan.

Meditasi hening atau tapa bisu dimulai dari tengah malam hingga dini hari dan dimulai saat lonceng Kyai Brajanala dibunyikan sebanyak 12 kali di ring Keben.

Kemudian para abdi dalem peserta tirakat mulai berjalan mengitari benteng Keraton Yogyakarta.

Rute Tapa Bisu dimulai dari Kelurahan Pancaniti, Jalan Rotowijayan, lalu Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, lalu Jalan Wahid Hasyim, Suryowijayan, melewati Pojok Beteng Kulon, Jalan MT Haryono, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo dan berakhir di Yogyakarta .

Alun-alun Utara. Dalam tradisi tapa bisu ini, peserta berjalan dalam diam dan menempuh jarak sekitar 4 km.

Rombongan mubeng beteng Tapa Bisu dipimpin para abdi dalem berpakaian Jawa tanpa keris dan sepatu, membawa bendera Indonesia dan bendera Keraton Yogyakarta.

Setiap panji merupakan simbol para abdi dalem serta lima penguasa daerah istimewa Provinsi Yogyakarta, antara lain Sleman, Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul dan kota Yogyakarta.

Di belakang para abdi dalem biasanya juga ada warga sekitar dan wisatawan yang ingin langsung tertarik dan mengikuti tradisi tersebut.

Selama berjalan-jalan di sekitar benteng pada saat Tapa Bisu Lampah, peserta tirakat tidak diperbolehkan untuk berbicara, makan, minum atau merokok.

Situasi sakral dalam keheningan total selama perjalanan melambangkan evaluasi diri dan kepedulian terhadap semua tindakan yang dilakukan di tahun lalu.

Sumber:

Berita Terkait