Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m, antara lain emas perhiasan, bahan bakar rumah tangga, cabai rawit, angkutan udara, bensin, wortel, susu bubuk, ikan dencis, sepeda motor, dan ikan sepat siam.
BACA JUGA:Musim Panen, BI Sumsel Sebut Penyebab Deflasi dan Dorong Turunnya Harga Sembako di Juli 2024
“BPS (secara nasional) mencatat terjadi deflasi 0,48 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan deflasi 0,09 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Februari 2025,”kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers secara virtual, Senin 3 Maret 2025.
Salah satu menjadi pemicunya deflasi di Februari 2025, BPS menyebutkan adanya diskon tarif listrik 50 persen telah membuat deflasi bulanan terjadi selama dua bulan berturut-turut sejak Januari 2025, di mana saat itu terjadi deflasi sebesar 0,76 persen.
Khusus tarif listrik mengalami deflasi 32,03 persen dan memberikan andil terhadap deflasi 1,47 persen pada Januari 2025.
Winny membantah jika deflasi tahunan ini terjadi karena penurunan daya beli.
”Ini bukan karena penurunan daya beli, tetapi karena pengaruh dari diskon tarif listrik. Ini yang memberikan andil deflasi 2 bulan berturut-turut karena ini kebijakan pemerintah melalui diskon tarif listrik 50 persen,” jelas Winny.
Hal ini disebut tejadi karena pengaruh dari kebijakan diskon tarif listrik 50 persen yang berlaku pada Januari-Februari 2025.
”Penurunan daya beli biasanya dikaitkan dengan komponen inti, namun pada Februari 2025 komponen inti masih mengalami inflasi tahunan sebesar 2,48 persen,”ujar dia.
Komponen ini memberikan andil inflasi terbesar dengan andil inflasi 1,58 persen, di mana komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk dan nasi dengan lauk.