Publik Minta Operasional Tambang PT BAU Dihentikan, Dinilai Matikan Perekonomian Merapi Barat

Rabu 26-02-2025,11:07 WIB
Reporter : Swandra Yadi
Editor : Swandra Yadi

LAHAT, RADARPALEMBANG.ID - Sungai Kungkilan atau anak Sungai Lematang yang melintasi beberapa desa di Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Sumsel, dulu adalah sumber utama air bersih dan mengairi sawah masyarakat kini tinggal kenangan.

"Sungai Kungkilan kini rusak, akibat operasional perusahaan tambang PT Bara Alam utama (BAU), sehingga warga tidak bisa lagi menikmati air bersih dan pengairan untuk lahan persawahan," kata Ketua Yayasan Anak Padi, Sahwan, Rabu 26 Februari 2025.

Ia mengungkapkan, sejak beberapa tahun lalu pihaknya bersama warga dari sejumlah desa sudah sering kali melakukan aksi protes atas pengrusakan Sungai Kungkilan oleh perusahaan tambang tersebut.

Namun, unjuk rasa dan protes yang dilakukan tidak digubris. 

BACA JUGA:Dukung Terciptanya SDM Pertambangan yang Mumpuni, PT SBS Hadiri Closing Ceremony Parade Tambang 2024

“Padahal dampak dari aksi penambangan tersebut merusak ekosistem sungai, pencemaran, dan penutupan akses air untuk  persawahan oleh PT BAU, eksplorasi tetap saja berlangsung,” ungkap dia.

Pada tahun 2022, warga sempat gembira lantaran Gubernur Sumatera Selatan akan mencabut dan mengevaluasi proper biru PT BAU dan meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk menindaklanjutinya. 

Tapi, nyatanya hingga saat ini PT BAU masih tetap beroperasi. “Itu bukan wewenang kami,” ujar salah satu petinggi DLH Lahat, Sumatera Selatan, ketika dikonfirmasi alasan masih beroperasinya PT BAU.

Tidak adanya keterbukaan informasi ini yang juga disayangkan oleh penduduk di sejumlah desa di sekitar sungai di Kecamatan Merapi Barat.

BACA JUGA:Ratusan Massa Demo Pemkab dan DPRD MUBA, Minta Perhatikan Nasib Buruh Tambang

"Hingga kini belum ada keterbukaan informasi dari pemerintah pusat maupun daerah dalam penyetopan izin pertambangan bagi perusahaan tersebut maupun pencabutan predikat proper biru karena terbukti bersalah merusak sungai dan mencemarkan lingkungan," ujar Sahwan.

Padahal dampak nyata dari penambangan yang dilakukan oleh PT BAU, tidak hanya pada sisi lingkungan, tapi juga perekonomian lantaran hilangnya sumber air bersih.

Misalnya, persawahan dan lahan pertanian lain tidak produktif lagi. Bahkan, warga Desa Muara Maung, yang merupakan desa yang dilintasi Sungai Kungkilan, kini kerap kebanjiran di musim penghujan dan kekeringan hingga berdebu tebal saat kemarau tiba.

Seperti diketahui, PT Bara Alam Utama atau dikenal dengan nama Baracoal merupakan perusahaan tambang milik Hasim Sutiono, salah satu pengusaha asal pengusaha kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 

BACA JUGA:Bisnis Batu Bara Lesu, Berikut Daftar IUP Pertambangan 13 Daerah di Sumsel?

Kategori :