PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Berikut adalah penyebab terus meingkatnya nilai tukar Dolar Amerika setiap tahunnya bukan hanya Rupiah tapi juga beberapa nilai mata uang negara lain.
Grafik nilai tukar dollar dengan rupiah 10 tahun terakhir sudah naik sejauh 45 persen dari nilai rupiah, dapat dikatakan nilai rupiah turun atau melemah 45 persen jika dibandingin dengan dolar Amerika.
Pada masa era pemerintahan Presiden SBY harga dollar saat itu masih di Rp 9 ribuan, kemudian pada era pemerintahan Presiden Habibie dollar masih di Rp 6 ribuan, bahkan sebelum tahun 1998 di era Presiden Soeharto harga Dolar masih Rp 2 ribuan.
Bukan hanya nilai tukar Rupiah saja yang selalu ketinggalan dari nilai tukar dolar, namun banyak mata uang negara lain yang nilainya juga semakin dan melemah dari waktu ke waktu terhadap Dollar Amerika Serikat.
Termasuk beberapa mata uang negara besar seperti Rubel Rusia, pada tahun 2023 nilai tukarnya sudah turun hingga 50 persen dibanding Dollar Amerika.
Kemudian selama 5 tahun ke belakang nilai Yuan China juga terus menurun padahal dapat dilihat bahwa secara ekonomi negara China sangat berkembang pesat.
Dalam satu dekade terakhir nilai mata uang Yen Jepang juga semakin ketinggalan dengan Dollar Amerika, yang cukup parah adalah mata uang Lira Turki yang nilainya merosot hingga 50 persen dibanding Dollar Amerika.
Tak hanya itu hal yang sama juga terjadi di negara tetangga seperti Ringgit Malaysia, baht Thailand dan negara-negara lainnya.
Hanya beberapa mata uang negara asing yang dapat mengejar nilai tukar dolar atau dapat mempertahankan nilai matauangnya terhadap dolar Amerika.
Contohnya seperti Franc Swiss, Poundsterling Inggris dan juga mata uang Euro yang notabene merupakan gabungan ekonomi dari semua negara di Eropa.
Sebuah mata uang komoditas atau unit ekonomi akan semakin menguat jika terjadi dua hal yaitu barang tersebut semakin dibutuhkan dan permintaannya tinggi, kemudian jika barang tersebut jumlahnya semakin langka.
Dan Dolar Amerika sendiri mata uang yang masih sangat dibutuhkan dan permintaannya yang sangat tinggi dari seluruh dunia.
BACA JUGA:Predatory Pricing, Dominasi Produk Impor Menjadi Tantangan dalam Persaingan Pasar Indonesia