8 Prosesi Pernikahan Adat Palembang yang Kental dengan Nuansa Kesultanan, Apa Saja? Berikut Ulasannya

Senin 31-07-2023,06:56 WIB
Reporter : Susi Yenuari
Editor : Susi Yenuari

BACA JUGA:The Culture of Komering, Sajian Keindahan Alam dan Kekayaan Budaya yang Tayang Perdana Agustus Mendatang

8. Munggah

Munggah merupakan puncak acara dari prosesi pernikahan adat Palembang. Acara ini biasanya digelar di rumah mempelai wanita.

Acara munggah di nikah adat Palembang dimulai dengan penyambutan calon mempelai pria bersama rombongannya.

Mereka membawa berbagai seserahan dan hantaran berisi tiga set kain songket, kaon batik Palembang, kosmetik, buah-buahan, kain jumputan, hasil bumi, uang, dan perhiasan. Kedatangan mereka ini akan diiringi bunyi rebana.

Setibanya di rumah mempelai perempuan, ibu dari pengantin wanita akan membalutkan selembar kain songket motif lepus ke punggung mempelai pria.

Lalu ia akan menariknya menuju kamar mempelai perempuan atau yang disebut dengan gendong anak mantu.

BACA JUGA:Idulfitri Momentum Merawat Seni, Budaya, dan Nilai Tradisi Indonesia

Prosesi selanjutnya merupakan tumbu jero alias mengetuk pintu. Setelah itu, pengantin laki-laki akan membuka kain selubung yang menutupi wajah istrinya. Acara ini juga disebut sebagai buka langse.

Acara dilanjutkan dengan orangtua pengantin perempuan yang menyuapi nasi ketan kuning dan ayam panggang atau yang disebut upacara suapan.

Setelah itu, upacara cacap-cacapan atau orangtua pengantin laki-laki mencacap/mengusap ubun-ubun kedua pengantin dengan air kembang setaman.

Ini merupakan simbol bahwa mereka memberikan nafkah untuk terakhir kalinya.

Kemudian acara sirih panyapo. Mempelai perempuan akan memberikan sirih kepada sang suami sebagai simbol bahwa dalam kehidupan keduanya akan saling memberi dan menerima.

Upacara terakhir merupakan timbang adat. Pada acara ini topi pengantin laki-laki akan ditimbang sebagai simbol bahwa pasangan suami istri akan terus setia dalam menjalani kehidupan pernikahan.

 

 

Kategori :