Saya tahu ini terdengar konyol, betapa dari sejuta hal indah, saya tertarik pada kamu. Bayangkan diri kamu adalah bunga. Akar yang begitu dalam bahkan badai tidak dapat mengangkatmu dari tanah, daun yang paling indah di kala angin datang, dan saya tidak keberatan bahwa kamu tidak selalu mekar. Kamu terbuka saat kamu siap. Bagaimanapun, saya selalu tahu saya akan mencintaimu. Kamu begitu membumi sehingga kamu menertawakan gravitasi karena menganggapnya menahan kamu. Kamu melihat ke arah matahari karena kamu tahu begitulah cara kamu tumbuh.”
Perkataan Jan seperti biasa, selalu saja manis. Auryn mematung karenanya, ia mencerna apa yang sedang terjadi saat ini, degup jantung Auryn tiba tiba saja berdetak sedikit lebih cepat. Auryn hanya dapat terdiam, tak tahu harus merespon apa. Ada hal baru yang Auryn sadari saat ini. Sepertinya.. ia mulai menyukai Jan, dan fakta bahwa Jan telah menyukainya sedari lama membuat perasaannya begitu senang tak karuan.
1 minggu kemudian — Senin
Hari-hari terus berlalu, setiap pulang sekolah, hariku selalu dilengkapi dengan kehadiran Jan. Kami mengunjungi banyak tempat-tempat di Hamburg minggu ini.
Dimulai dari hari Selasa yang lalu, kami memutuskan untuk makan malam di Café Par Ici, lalu menuju ke Landungsbrucken, dimana Landungsbrucken adalah pelabuhan yang memiliki beberapa toko-toko souvenir. Transportasi Hamburg tidak terlalu ramai, orang-orang memilih untuk berjalan kaki, begitupun dengan kami.
Rabu, kami pergi ke Miniatur Wunderland. Lokasi Miniatur Wunderland dimulai di lantai 1 dari lantai dasar, karena di Jerman lantai dasar adalah Erdgeschoss dengan simbol E, bukan lantai 1. Tiketnya seharga 30 euro untuk kami berdua. Kami memasuki Miniatur Wunderland dengan raut kagum. Miniatur Wunderland bisa dikatakan sebagai diorama miniatur dengan ukuran set yang sangat luas dan bangunan-bangunan kecil yang menarik perhatian mata untuk dilihat.
Kamis, kami mengunjungi The Hamburg Love Lock Bridge di Jungfersteig. Seperti namanya, disana terdapat jembatan yang digantungi dengan padlock yang sudah diberi nama.
Jumat, kami pergi ke Tierpark und tropen Aquarium di Hagenbeck. Melihat banyak ikan-ikan lucu yang berenang, sungguh membuatku sangat gembira. Aku harus berkunjung ke tempat ini lagi nanti.
Sabtu, kami mengunjungi Internationales Maritimes Museum. Miniatur mercusuarnya sangat keren. Dengan hanya melihatnya saja, membuatku ingin sekali menaikinya.
Minggu, kami diundang untuk pergi berjalan-jalan dengan teman-temannya Jan dari sekolah. Menurutku teman-teman Jan disini sangat heboh, sehingga terkadang membuatku merasa risih. Sesaat aku ingin menangis ketika terjebak diantara mereka.
Lalu hari ini, sosok yang terus menemaniku minggu lalu, sedang ku cari-cari keberadaannya. Entah kemana dia, entah dimana ia sekarang. Semua sudut ruangan di sekolah pun telah ku kunjungi, dan orang itu tak kunjung kutemukan. Ia menghilang, secara tiba-tiba. Hilang begitu saja, tanpa kata.
tut..tut..tut..
Nomornya pun tak dapat kuhubungi. Hal ini sungguh membingungkanku. Apa yang sedang terjadi dengannya?
“Jan, kau kemana sih?” ucapku bermonolog.
Di seberang sana, aku melihat mading yang dipenuhi dengan banyak murid. Aku pun merasa penasaran, lantas ikut melihat.
“Ruhe in Frieden unser geliebter Student — Jan Klugenisch.” (Beristirahatlah dengan tenang murid kami yang terkasih — Jan Klugenisch)
deg. Jantungku berdetak dengan sangat cepat. Sangking cepatnya, sampai-sampai aku tak dapat lagi mengucapkan sepatah kata. Aku terbungkam. Benar-benar terbungkam. Tidak. Ini semua tidak mungkin.
Sayup-sayup terdengar suara bisik seorang siswa mengatakan “Ich habe gestern gehört, dass er bei einem Unfall gestorben ist.” (Saya mendengar kemarin bahwa dia meninggal dalam kecelakaan).
---