RADAR PALEMBANG – Walikota Palembang Harnojoyo, ingin makam Ratu Sinuhun menjadi objek wisata religi di Palembang.
Luas makam Ratu Sinuhuan Sabokingking di Palembang mencapai hektar terletak di Kelurahan Sungai Buah, Kecamatan Ilir Timur Dua.
Objek wisata makam Ratu Sinuhun sangat potensial untuk menarik wisatawan baik lokal, regional dan nasional. Selain wisata religi, makam dan areal lokasinya juga bisa menjadi wisata edukasi.
Ratu Sinuhun Sibokingking, tercatat dalam sejarah kerajayaan pada masa lampau. Ini akan menjadi daya tarik bagi akademisi sejarah dan antropologi untuk melakukan penelitian tentang Rutu Sinuhun.
BACA JUGA: Dendam Lama Jadi Alasan Kades Kuala 12 OKI Dibunuh, Tersangka: Dia Tuduh Aku Curi Speed Boat
Wali Kota Palembang Harnojoyo, melihat potensi itu. Dia pun menggerakkan masyarakat untuk bergotong royong membersihkan lokasi makan ratu sinuhun.
Harnojoyo juga mengajak masyarakat dengan kesadaran sendiri, ikut menjaga objek wisata religi makan Ratu Sinuhun itu.
‘’Lokasi makam Ratu Sinuhun Sabokingking, seluas satu hektar ini sudah bagus untuk destinasi wisata religi di Kota Palembang. Saya harap masyarakat dapat menjaga kebersihan lokasi ini," kata wali Kota Palembang, H Harnojoyo.
BACA JUGA:Hanya Butuh Waktu 1 Menit 29 Detik, Kuyung Eka Kalahkan Satria
Harnojoyo berharap gotong royong ini menjadi langkah awal menjadikan makam Ratu Sinuhun Sabokingking menjadi destinasi wisata.
“Kita akan fokuskan makam ini sebagai daya tarik wisatawan untuk wisata edukasi dan religi," tambah Harnojoyo.
Seperti diketahui Pemerintah Kota Palembang menjadikan gotong royong sebagai program unggulan. Gotong royong digelar setiap akhir pekan mulai ditingkat kelurahan dan kecamatan.
Selain membersihkan kawasan Makam Sinuhun Sabokingking, gotong royong di Kelurahan Sungai Buah juga menyasar anak sungai.
Siapa Ratu Sinuhun?
Menukil ratu Wikipedia, Ratu Sinuhun adalah penulis Kitab Simbur Cahaya, yang merupakan undang-undang tertulis perpaduan antara hukum adat dengan ajaran Islam.
Ratu Sinuhun diperkirakan lahir di Palembang pada sekitar akhir abad ke-16. Kemudian menikah dengan Raja Palembang, Pangeran Seda ing Kenayan (1631-1643). Wafat pada tahun 1643M.
Tidak banyak tulisan yang membahas riwayat hidup Ratu Sinuhun, orang mengenalnya sebagai isteri Penguasa Palembang, Pangeran Sido Ing Kenayan (1636 -1642M), dan adik dari Pangeran Muhammad Ali Seda ing Pasarean, Penguasa Palembang (1642-1643M).
BACA JUGA:13 Fakta Hasil Autopsi Ulang Brigadir J, Pengakuan Bharada E kepada Komnas HAM, Tembak Jarak Dekat
Ayahnya bernama Maulana Fadlallah, yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Manconegara Caribon. Di dalam catatan sejarah, Pangeran Manconegara merupakan cikal bakal lahirnya Dinasti Cirebon di Kesultanan Palembang.
Sebagaimana diketahui Kesultanan Palembang Darussalam di dirikan oleh Sultan Abdurrahman (Ki Mas Hindi) bin Pangeran Muhammad Ali Seda ing Pasarean bin Pangeran Manconegara Caribon.
Sementara Ibunya bernama Nyai Gede Pembayun, yang merupakan putri dari Ki Gede ing Suro Mudo, Penguasa Palembang (1555–1589M).
Menukil Berita Pagi, terbitan 28 Oktober 2019, keturunan Ratu Sinuhun ya saat ini tersebar di seluruh Indonesia dan suami ratu sinuhun memiliki garis keturunan kerajaan majapahit Demak dan pajang.
BACA JUGA:Gelar PTC Fashion Walk, Warga Palembang Ramai Kunjungi Mal Ini
Ratu Sinuhun, juga sering kali disebut sebagai simboI dari seorang penguasa. Ketika para penduduk bumiputra ditanya tentang suami Ratu Sinuhun, jawaban mereka begitu samar.
Kebanyakan berkata bahwa Ratu Sinuhun kawin dengan Pangeran Sidang Kenayan yang dikatakan pernah berkuasa pada awal abad XVII walaupun penduduk yang lain berkata bahwa Ratu Sinuhun merupakan rekan hidup dan istri dari Sultan Abdul Rahman.
Tokoh perempuan asal Palembang ini . ketokohannya dapat dilihat dari perannya yang sangat menonjol dan karya yang monumental.
Dalam manuskrip Silsilah Raja-raja Palembang, diberitakan bahwa dia diangkat menjadi raja pada tahun 1049H dan wafat pada tahun 1061H. Tulisannya, tidak hanya tentang aturan hukum saja, tapi meliputi bidang pertanian, perkebunan, perdagangan, hubungan orang dengan orang, dan berbagai aturan lainya.
BACA JUGA:Hanya Butuh Waktu 1 Menit 29 Detik, Kuyung Eka Kalahkan Satria
Dalam naskah yang lain, sosok penting ini digambarkan bahwa “Adalah Pangeran Sido Ing Kenayan itu beristeri sepupunya nama Ratu Sinuhun, itulah yang tempo buat aturan negeri dari pada hasil-hasil Raja atas sekalian uluan dan yang mulai aturan dari perintah tanam lada dan kasih aturan dari perintah-perintah dan lain-lain, sehingga sampai ke zaman ini semuanya uluan dan ada juga di dalam negeri, aturan tersebut Piagem Ratu Sinuhun, tiada sekali nama suaminya Pangeran Sido Ing Kenayan, hanya tersebut nama Ratu Sinuhun.
Masa kekuasaan Sultan Abdul Rahman (sangat terkenal sebagai Cinde Balang karena dia dikebumikan dekat sebuah candi kecil dengan nama itu) yang panjang begitu diingat sebagai sebuah waktu yang sulit secara kultural.
Pada masa itu, adat-istiadat biasanya mereka sebut Undang-Undang Simbur Cahaya. Sat itu Islam ditegakkan secara kokoh dan batas-batas antara pengelompokan klan ditakhtakan.
Ada kisah tentang Sultan Cinde Balang (walang) soal kekuatan meditasinya , tentang Indra keenam yang dimilikinya . kecakapannya dalam berperang.
Beliau bertabiat tenang adil dan bijaksana. Di bawah kepemimpinannya negeri tumbuh subur dan makmur. (tim)