Mas Bechi

Senin 11-07-2022,10:44 WIB

Memang begitu banyak orang yang merasa bisa tenang dengan zikir. Mungkin Mas Bechi melihat; banyak juga orang yang baru tenang ketika mendengarkan musik. Tapi, rasanya, yang terbanyak, orang baru merasa tenang kalau punya uang.

 

Pondok Shiddiqiyyah yang didirikan ayah Mas Bechi ini tidak besar. Untuk ukuran Jombang. 

 

Bukan kelasnya Tebuireng, Tambak Beras, Denanyar, maupun Rejoso. Tapi pengikut aliran pondok ini besar sekali. Fanatik. Di seluruh Indonesia.

 

Di tiap provinsi ada chapter-nya. Di banyak kota ada korwil-nya.

 

Mereka terhubung lewat Jamaah Kautsaran. Tiap Senin malam mereka berkumpul. Melakukan Kautsaran. Di wilayah masing-masing. Termasuk di pusatnya, di Ploso. Yang letaknya tidak jauh dari exit tol Jombang. Sedikit ke arah utara.

 

Setiap kali berkumpul, mereka hanya membaca doa, wirid, dan zikir. Sekitar 1 jam. Tidak ada yang aneh. Hanya mirip dengan zikir di aliran apa pun. Setiap kata wirid dibaca 7 kali atau 30 kali. Hanya tahlil yang dibaca 120 kali.

 

Ketika melafalkan tahlil tidak ada gerak yang berbeda dengan aliran lain. Mereka duduk bersila biasa. Ada yang menggoyangkan kepala berlebihan. Ada yang pelan. Ada pula yang tidak menggerakkan kepala.

 

Kiai utama di Ploso itu, Kiai Muchtar, juga tampil sangat biasa. Ia pakai baju hem lengan panjang dengan kopiah hitam di kepala. Bawahannya sarung. Badannya kurus. Duduk silanya tegak. Raut wajahnya datar. Tidak ada nada disyahdu-syahdukan atau dikhusyuk-khusyukkan.

 

Tags :
Kategori :

Terkait