Sarapan di Street Food, Kepala OJK Sumsel Sebut Menu Minang Dapur Neka, Lamak Bana!
Kepala OJK Provinsi Sumatera Selatan, Arifin Susanto didampingi pemilik Dapur Neka Uda Dedi, saat memilih menu sarapan di Dapur Neka Sabtu 4 Januari 2025.-henny/radarpalembang.id-
PALEMBANG, RADARPALEMBANG.ID – Lamak bana atau lemak nian, ini celetukan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Selatan, Arifin Susanto saat menyantap menu sarapan di Dapur Neka yang berlokasi di Jalan Sukabangu 2 Palembang, Sabtu 4 Januari 2025.
Ia juga mengungkapkan kekagumannya dengan konsep street food khas Minang yang diusung Dapur Neka. Ditambah dengan kelezatan berbagai varian ketupat dengan gulai nangka hingga tunjang.
“Saya berkesempatan mencicipi menu khas Padang ketupat gulai tunjang pakai pakis, terus ada camilan seperti sala bulek, bakwan, tahu, tempe yang semuanya fresh baru digoreng,” ujarnya.
Belum lagi, lanjutnya, yang sangat menarik ada kopi kawa dari daun kopi yang punya nilai historis sendiri di mana ketersedian kopi pada zaman VOC sangat sulit sehingga pribumi mencari alternatif menggunakan daun kopi sebagai pengganti.
BACA JUGA:Dapur Neka Bikin Liza Sako Kepincut, Ketupat Gulai Tunjang Paling Favorit
Belum lagi untuk penyajian menggunakan gelas yang terbuat dari batok kelapa sehingga lebih estetik.
Tak kalah menarik, ada kopi tatungkuik atau terbalik yang menurut dia memberikan sensasi tersendiri ketika diseruput atau diminum dengan menggunakan sedotan.
Bicara perihal kopi, dalam kesempatan ini, ia juga menyampaikan informasi terkait ekspor kopi perdana langsung dari Palembang pada akhir bulan Januari 2025.
Menurut Arifin, para pengekspor kopi swasta asli Palembang. akan mengkoordinasikan biji-biji kopi dari pengepul dan petani kopi. Kemudian memastikan kualitasnya dan melakukan proses perdagangan ekspor setelah bekerja sama dengan Dinas Karantina dan Bea Cukai Sumsel.
BACA JUGA:Dapur Neka Palembang Hadirkan Kopi Kawa dan Kopi Tatungkuik, Unik Bikin Penasaran
“Nanti nama perusahaannya kalau sudah ada kepastian LC (letter of credit) akan kita sampaikan ya,” ucapnya.
Sementara keterlibatan pihak OJK sendiri adalah memfasilitasi pihak-pihak terkait baik pengusaha pengekspor untuk membuat ekosistem yang terpadu dan memperluas akses keuangan khususnya kepada para kelompok tani yang unbankable untuk mendapatkan akses keungaan.
Tidak hanya itu, pihaknya juga memfasilitasi pihak pengepul untuk dapat menjadi off taker hasil panen kopi, termasuk mengkoordinasikan dengan pihak terkait ekspor kopi seperti BKHIT dan Bea Cukai termasuk Pelindo dalam mencari solusi agar pelaksanaan ekspor kopi secara langsung dapat dilakukan sendiri dari wilayah Sumsel.
“OJK secara intensif juga melakukan FGD (Fokus Group Discussion) dengan pihak akademisi, dewan kopi dan Kadin Sumsel, Pemprov Sumsel, dan lainnya dalam mendukung inisiatif strategis untuk mengoptimalkan produksi kopi sebagai salah satu komoditas utama hasil pertanian/perkebunan Sumsel dimaksud,” urainya.
Sumber: