Jadwal Sembahyang Tionghoa Bulan Juni 2024, Makna Perayaan Bacang

Jadwal Sembahyang Tionghoa Bulan Juni 2024, Makna Perayaan Bacang

Salah satu sembahyang besar masyarakat Tionghoa adalan perayaan Bacang yang jatuh pada tanggal 10 Juni 2024.--tzuchi.or.id

PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM – Pada jadwal sembahyang Tionghoa bulan Juni 2024 terdapat salah satu perayaan besar yang jangan sampai ketinggalan, yakni perayaan Bacang atau Festival Bakcang.

Sesuai dengan penanggalan lunar, perayaan Bacang atau Bakcang jatuh pada tanggal 05 bulan 05 Imlek atau Senin 10 Juni 2024.

Para perayaan ini, sesuai namanya masyarakat Tionghoa akan makan khas yang disebut Bacang atau Bakcang.

BACA JUGA:Lengkap, Jadwal Sembahyang Hari Raya Tionghoa dan Sembahyang Dewa-Dewi Tahun 2024

Bacang bagi masyarakat Tionghoa memiliki arti yang sangat dalam. Hal ini disimbolkan dari empat sudut bacang yang memiliki harapan dan arti yang baik.

Setiap sudut punya harapan dan arti, seperti sudut yang saling mencintai satu sama yang lain, sudut dua artinya doa baik agar selalu dalam keadaaan sehat dan sejahtera.

Lalu, sudut ketiga di bacang berarti rejeki dan berkah yang lancar. Sedangkan sudut ke empat memiliki makna harapan agar karier dan usaha berjalan sukses.

BACA JUGA:Setelah Imlek 2024, Berikut 4 Jadwal Sembahyang Tionghoa yang Harus Disiapkan dari Sekarang, untuk Dewa-Dewi

Masyarakat Tionhoa memberikan banyak istilah untuk perayaan Bacang ini. Namun, pada intinya perayaan Bacang ini merupakan sebuah hari yang memiliki energi yang paling kuat.

Karena itu, ada perayaan Bacang sering juga disebut Duan Wu yang artinya saat matahari memancarkan sinar yang sangat keras, yakni di antara pukul 11.00 hingga 13.000 atau saat tengah hari.

Pada momen ini juga, masyarakat Tionghoa percaya bahwa rebusan obat-obatan di waktu ini memiliki khasiat yang sangat bagus.

BACA JUGA:2 Jadwal Sembahyang Setelah Tahun Baru Imlek 2024, Cap Go Meh Tidak Kalah Meriah, Catat Tanggal dan Harinya

Sembahyang Bacang yang juga memiliki nama lain Peh Cun adalah sebuah trasdisi dari etnis Tionghoa dimana para warga akan mendatangi Klenteng, Vihara dan Rumah Abu dengan membawa kue bacang dan sesaji lainnya.

Kemudian kue bacang yang dibawa tadi diletakkan di depan altar Dewa dan disajikan dengan sesaji lainnya seperti permen, garu dan kertas sembahyang, jeruk dan sesaji lainnya.

Sumber: