Jati Corner, Wisata Kuliner Baru Pas dengan Lidah Wong Palembang

Jati Corner, Wisata Kuliner Baru Pas dengan Lidah Wong Palembang

ati Corner yang berlokasi di Jalan Enim Palembang bisa dijadikan pilihan untuk menikmati beraneka ragam menu khas Palembang dan kudapan kekinian yang menerbitkan selera.-henny/radarpalembang.disway.id-

PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM – Satu lagi wisata kuliner  hadir di Palembang. Jati Corner yang berlokasi di Jalan Enim Palembang bisa dijadikan pilihan untuk menikmati beraneka ragam menu khas Palembang dan kudapan kekinian yang menerbitkan selera.

”Jati itu artinya Jajanan Uti. Saya dipanggil sama cucu, Mbah Uti, jadi tempat ini saya namakan Jati Corner,” terang Diana Wani atau Uti Diana, pemilik Jati Corner saat dibincangi di sela acara peresmian, Sabtu, 10 Juni 2023.

Beragam jajanan memikat lidah mulai dari Pempek & Mie Celor Uti, Kemplang Tunu Pipa Reja, Anyakitori, Pisang Banting, Mie Kocok Mirasa Bandung, Sate Taichan Om Ganteng, Sop Buah, dan lainnya.

Salah satu menu yang menjadi andalan Jati Corner ada Mie Celor olahan tangan Uti Diana. Mie celor yang dibanderol dengan harga Rp20.000 per porsi ini dibuat tanpa menggunakan bahan penyedap.

BACA JUGA:Ibu-Ibu Wajib Tahu, 7 Tips Investasi Perhiasan Emas Agar Aman dan Tak Rugi

“Saya masak hanya menggunakan garam dan gula. Untuk rasa gurih pada kuah mie celor saya ambil dari udang satang bagian daging dan kepala. Saya juga dominan menggunakan susu ketimbang santan,” jelasnya.

Selain mie celor, pengunjung juga bisa menikmati renyahnya Kemplang Tunu Pipa Reja dengan cocolan sambal terasi.

Pemilik tenan Kerupuk Kemplang Pipa Reja, Dhani R Anggadiredja menambahkan, masyarakat bisa menikmati kerupuk kemplang yang biasa banyak ditemukan di pinggiran Jalan Pipa Reja ini di Jati Corner dan tempat sejenis.

Ia ingin mengangkat kemplang tunu menjadi jajanan bergengsi dan menurut dia sudah saatnya kemplang tunu naik kelas.

BACA JUGA:Pusat Pariwisata Sumatera, Bengkulu, Bangka, Lampung, Medan Minggir Dulu

“Janganlah kerupuk kemplang berjejer di pinggir jalan di Pipareja, sudah harus naik kelas. Kemarin saya bawa ikut pameran di Jakarta, ternyata laris manis. Sekarang saya bawa ke Jati Corner, tempatnya nyaman dan asik,” ujar Dhani.

Untuk harga sangat terjangkau. Satu kantong isi 30 buah dibanderol dengan harga Rp25.000. Bisa juga beli 4 buah dengan harga Rp7.000.

Selain bisa jelajah rasa, Jati Corner juga  bisa dijadikan pilihan sebagai tempat kumpul keluarga, arisan, ulang tahun, dan lainnya. Pengunjung juga dapat menikmati suasana nyaman dan teduh di bawah rimbunnya pepohonan jati.

Sementara dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Murry Alfiansyah mengatakan, Palembang identik dengan kuliner dan budaya. Dengan hadirnya Jati Corner menambah pilihan masyarakat Kota Palembang.

BACA JUGA:Danau Shuji Lembak yang Disulap Jadi Objek Wisata Baru, Ada Inovasi Terbaru Camping Ground

”Palembang sebagai muaranya Sumatera Selatan, kalau mau ke tempat seperti gunung, pantai memerlukan waktu. Jadi kita menonjolkan kuliner seperti hadirnya Jati Corner ini,” ucapnya.

Ia juga berpesan, agar Jati Corner tetap menjadi baik rasa, kualitas, tanpa menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti pewarna, pengawet, dan MSG,” katanya.

“Sesuai dengan 7 Sapta Pesona, harus kita jaga. Ketika kita menyajikan  makanan itu aman. Apa yang kita jual, itulah yang kita makan,” ungkapnya.

Ketua Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Sumsel, Herlan Asfiudin menambahkan, hadirnya Jati Corner memberi warna dan alternatif baru bagi usaha di bidang kuliner.

BACA JUGA:3 Rekomendasi Destinasi Wisata saat Berkunjung ke PALI, Yuk Ajak Orang Tersayang ke Sini

“Ini menjadi indikator bahwa ekonomi kita sudah bangkit. Cuma kita pesan, pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat, tapi harus tahan lebih lama, jangan beberapa bulan sudah tutup,” tegasnya.

Lanjutnya,dibandingkan hotel, kuliner mampu meningkatkan kunjungan wisatawan hingga 75 persen. Bahkan, mampu meningkatkan perekonomian dengan mengurangi pengangguran, meski belum semua tercatat sebagai wajib pajak.

“Ini yang lebih penting ketimbang mengejar target PAD. Untuk PAD kita bisa ambil dari perusahaan-perusahan besar yang memang sustainable,” pungkasnya.(*)

Sumber: