Ini Alasan Pria Masih Enggan Kenakan Kontrasepsi Saat Berhubungan dengan Pasangan

Ini Alasan Pria Masih Enggan Kenakan Kontrasepsi Saat Berhubungan dengan Pasangan

Ini Alasan Pria Masih Enggan Kenakan Kontrasepsi Saat Berhubungan dengan Pasangan--

DIY, RADARPALEMBANG.COM - Mayoritas kaum pria di Indonesia masih enggan untuk menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan dengan pasangannya.

Dari data Sistem Informasi Keluarga (New Siga) BKKBN tahun 2022, jumlah kaum pria yang menngunakan alat kontasepsi yaitu dengan kondom sebesar 2,2 persen dan vasektomi sebesar 0,25. Capaian total 2,48 persen hal ini di bawah 50 persen dari target peserta KB pria yaitu sebesar 5,33 persen.

Untuk itu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghimbau pada kaum pria khususnya para suami untuk bisa menjadi peserta keluarga berencana (KB).

Dalam keterangan persnya Kepala BKKBN DIY Shodiqin, SH MM mengatakan KB yang dilakukan oleh kaum pria dinilai memiliki risiko yang lebih minim dibandingkan KB yang dilakukan wanita.

BACA JUGA:Ternyata, Salah Jika Tinggalkan Kamar Hotel Berantakan

"KB Pria jauh lebih kecil risikonya. Kondom nyaris tidak berisiko karena jarang ditemui pengguna yang menderita alergi lateks.

Paling hanya merasa kurang nyaman dan kurang praktis saja, selain itu kondom jarang dikeluhkan," ucap Shodiqin, Minggu, 7 Mei 2023.

Adapun efek samping KB yang dilakukan kaum wanita lebih banyak efek sampingnya seperti, kontrasepsi hormonal berupa pil, suntik, atau implan dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal dan dapat meningkatkan risiko haid menjadi tidak teratur.

Dalam beberapa kasus alat kontrasepsi hormonal juga dapat menyebabkan kegemukan dan muka berjerawat.

BACA JUGA:Gawat! Tekanan Darah Naik Usai Lebaran, Ini Cara Mengatasinya

Selain itu, alat kontrasepsi non-hormonal seperti IUD juga bisa menyebabkan pendarahan atau sakit ketika berhubungan badan jika tidak dipasang dengan benar.

Meski begitu program KB Pria masih sangat minim pesertanya padahal risiko bagi kaum pria sangat sedikit bahkan hampir tidak beresiko.

"Data menunjukkan bahwa cakupan peserta aktif KB Pria (MOP dan kondom) dibandingkan total peserta KB aktif masih belum terlalu baik," ujar Shodiqin.

"Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa kesertaan pria dalam ber-KB masih rendah yaitu sebesar 2,7 persen yang terdiri atas kondom sebesar 2,5 persen dan MOP atau vasektomi sangat kecil hanya 0,2 persen," sambungnya.

Sumber: