Sejarah Kirab Kebo Bule 'Kyai Slamet' Tradisi Masyarakat Jawa di Malam 1 Suro
Arak-arakan atau kirab Kebo Bule 'Kyai Selamet' merupakan Salah satu tradisi masyarakat jawa yang dilakukan pada malam 1 Suro--radarbanyumas.disway.id
BACA JUGA:3 Makna dan Simbolisme yang Terkait dengan Tradisi Angpao, Sebentar Lagi jadi Rebutan
Masyarakat Jawa sendiri menganggap malam satu Suro merupakan malam yang sakral. Sebab itulah sebagai bagian dari Kerajaan Mataram, Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta masih melaksanakan berbagai ritual adat.
Dua kerajaan yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa ini memiliki tradisi yang hampir sama, yakni berbondong-bondong berjalan kaki mengelilingi area keraton.
Melansir dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Keraton Surakarta, terdapat tradisi Kirab Malam Satu Suro yang biasanya diikuti oleh ribuan orang.
Dalam ritual tersebut, semua peserta menggunakan pakaian berwarna hitam. Peserta laki-laki mengenakan pakaian adat Jawa berwarna hitam atau dikenal dengan busana Jawi jangkep, dan kaum perempuan mengenakan kebaya berwarna hitam.
Raja beserta keluarga dan kerabatnya serta abdi dalem Keraton Surakarta akan mengikuti tradisi Kirab Malam Satu Suro. Tak hanya pihak keraton, masyarakat umum juga diperbolehkan ikut.
Selain itu, akan ada kerbau yakni Kebo Bule yang akan berjalan di depan para peserta. Kebo Bule itu merupakan keturunan dari Kebo Kyai Slamet.
Menurut kepercayaan Keraton Surakarta, kerbau-kerbau ini ialah pusaka yang amat berharga bagi Sri Susuhunan Pakubuwono II.
Kerbau itu merupakan pemberian dari Bupati Ponorogo kepada Sri Susuhunan PB II bersamaan dengan pusaka bernama Kyai Slamet, sehingga Kebo Bule ini dinamakan Kebo Kyai Slamet.
Sumber: berbagi sumber


