Sejarah Kirab Kebo Bule 'Kyai Slamet' Tradisi Masyarakat Jawa di Malam 1 Suro

Kyai Hasan Besari Tegalsari--

Kebo Bule ini merupakan pemberian dari Bupati Ponorogo, Kyai Hasan Besari Tegalsari, sebagai hadiah kepada kerajaan Pakubuwono II sekitar abad ke-18.

BACA JUGA:Muba Terus Lestarikan Tradisi Bekarang, gelar Festival Embung Senja

BACA JUGA:Menyimak Tradisi Tarawih 1 Juz Satu Malam di Masjid Agung Palembang, Masih Terus Dipertahankan Hingga Kini

Kala itu Pakubuwono II berhasil merebut kembali Keraton Kartasura dari tangan pemberontak Pecinan, yang berlanjut dengan hijrahnya kerajaan dari Kartasura ke Sala pada 1745.

Pemberian kerbau itu dimaksudkan sebagai pengawal tombak Kyai Slamet.

Ada cerita menarik tentang peran Kebo Bule, bahwa dipilihnya Desa Sala (Solo) sebagai lokasi kerajaan yang baru, ternyata atas pilihan Kebo Bule.

Saat perjalanan perpindahan kerajaan dilakukan, kerbau ini dilepas dan dibiarkan berjalan sendiri hingga akhirnya berhenti di tempat yang kini menjadi lokasi Keraton Kasunanan berdiri.

BACA JUGA:TPU Ramai Dikunjungi Jelang Ramadan Jadi Tradisi Ziarah Kubur, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?

BACA JUGA:Cheng Beng, Tradisi Ziarah Kubur Menghormati Leluhur Bagi Etnis Tionghoa, Bisa Jadi Daya Tarik Pariwisata

Dipilihnya kerbau sebagai hewan pemberian kepada Pakubuwono II juga memiliki makna tersendiri.

Kerbau dalam tradisi masyarakat Jawa dianggap lambang rakyat kecil, utamanya kaum petani.

Selain itu, hewan ini juga simbol penolak bala karena dipercaya memiliki kepekaan dalam mengusir roh jahat atau menghilangkan niatan buruk.

Perayaan Malam 1 Suro di Kraton Surakarta

Perayaan Malam 1 Suro di Kraton Surakarta--

Pada Malam 1 Suro yang bertepatan dengan 1 Muharram  Keraton Surakarta di Solo, Jawa Tengah memiliki tradisi Kirab atau arak-arakan Malam Satu Suro.

Sumber: berbagi sumber