Selain itu, tantangan likuiditas terutama terkait funding perbankan, ke depan perlu terus dicermati.
Data BI menunjukkan pertumbuhan kredit pada Juni 2024 tumbuh tinggi sebesar 12,36 persen secara tahunan/year on year (yoy).
Pertumbuhan itu didorong kuatnya sisi penawaran dan permintaan terutama ditopang kredit korporasi.
BACA JUGA:BSI Terima Kunjungan Kehormatan Vice Grand Syekh Al-Azhar, Sertifikasi Halal Jadi Pembahasan
BACA JUGA:Wujudkan Komitmen Perkuat Ekosistem Halal Indonesia, BSI Gelar International Expo 2024
Adapun pertumbuhan DPK 8,45 persen yoy pada periode yang sama.
Sedangkan loan to deposit ratio (LDR) 85,74 persen.
Hery pun menyebut ke depan kondisi imbal hasil dari SRBI sangat menarik sebagai upaya untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Penerbitan SBN pun tinggi mengingat banyaknya surat berharga negara yang jatuh tempo hingga 3 tahun ke depan.
BACA JUGA:Sambut Idul Adha 1445 Hijriah, BSI Salurkan 9.390 Hewan Potong ke Seluruh Indonesia
BACA JUGA:Hery Gunardi Dinobatkan CEO of The Year dan BSI Sebagai Bank Syariah Terbaik
"Maka perbankan perlu terus berinovasi untuk menarik funding yang selanjutnya digunakan untuk penyaluran kredit,"jelas dia.
"Salah satu dampaknya adalah potensi peningkatan cost of fund perbankan,"kata dia.
"Peningkatan cost of fund berpotensi berdampak pada net interest margin perbankan yang menyempit,"katanya.
Ekonomi Hijau dan Berkelanjutan
Hery lanjut menjelaskan, di sisi lain transisi menuju pembangunan yang lebih hijau dan berkelanjutan semakin mendesak dan meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.