Baterai listrik yang berbasis fero atau LFP battery diklaim lebih aman karena tidak mudah meledak, dibandingkan baterai listrik berbasis nikel.
Dan kalo pun mengalami kebocor atau rusak, baterai LFP juga tidak akan menggelembung dan hanya mengeluarkan cairan.
Bukan hanya itu baterai berbasis LFP diklaim lebih punya masa pakai yang lebih lama alias lebih awet ketimbang baterai lithium-ion.
Sudah pasti pabrikan mobil listrik tentunya selain mempertimbangkan performa kendaraan juga mempertimbangkan kelestarian bumi.
Namun meski baterai listrik berbasis nikel punya umur pakai yang lebih pendek, namun untuk urusan energy density-nya lebih tinggi.
Sebab itulah bentuk dan ukuran kemasan baterai berbasis nikel atau lithium-ion (Li-ion) memiliki kotak penyimpanan yang lebih kecil dibanding yang berbasis fero.
Adapun kekurangan baterai listrik berbasis nikel atau NMC battery adalah renatan terhadap kebakaran, namun pastinya pabrikan mobil listrik pengguna jenis baterai ini punya teknologi temperature management untuk hal ini.
Kesimpulanya soal keamanan adalah baterai listrik berbasis LFP lebih aman karena lebih stabil dan tidak gampang meledak, sedangkan baterai nikel perlu manajemen suhu ekstra untuk menjaga kestabilannya.
Biar lebih mudah berikut perbandingan masa pakai kedua jenis baterai listrik ini:
Masa pakai baterai listrik berbasis LFP mencapai 2.000 hingga 3.000 cycle atau setara dengan masa pakai hingga 10 tahun.
Sedangkan untuk baterai listrik berbasis nikel atau NMC battery jauh lebih pendek, sekitar 1.000 hingga 1.500 cycle atau hanya sekitar 5 tahun saja.
Jadi kendaraan listrik baik motor atau mobil yang menggunakan baterai berbasis nikel akan sering melakukan penggantian baterai ketimbang yang menggunakan baterai listrik berbasis LFP.
Lagi-lagi meski baterai listrik berbasis LFP punya kelebihan masa pakai, namun baterai listrik berbasis nikel juga punya kelebihan dari sisi C-rate.
Semakin tinggi C-rate sebuah baterai makan akan semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan untuk pengisian daya baterai listrik.