Sama-sama Krisis Ekonomi, Ternyata Ini Perbedaan Krismon 1998, Krisis Finansial 2008, dan Resesi Global 2020

Rabu 27-12-2023,12:57 WIB
Reporter : Yorika Izati
Editor : Maulana Muhammad

Dengan semakin menurunnya industri eksport dan kredit hutang macet yang semakin membengkak, pemerintah Thailand akhirnya mengambil kebijakan untuk membantu pelunasan kredit macet tersebut dengan memakai cadangan devisa mata uang asing milik pemerintah Thailand. 

BACA JUGA:Mumpung Masih Populer, Bisnis Toko Merchandise K-pop Jadi Pilihan Terbaik Hasilkan Cuan

Di sisi lain Thailand pada saat itu memberlakukan kebijakan moneter dengan mematok nilai tukar mata uang Baht dengan USD pada level yang stabil.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengorbankan cadangan devisa Negara untuk mengintervensi tingkat fluktuasi permintaan Baht terhadap USD. 

Artinya Pemerintah Thailand mengeluarkan cadangan devisa dollar dalam jumlah yang sangat banyak dan memenuhi bursa perdagangan mata uang untuk mengutangkan Baht. 

Namun yang jadi permasalahan cadangan devisa negara Thailand tentu ada batasnya dan tidak mungkin selamanya dapat menahan kredit macet dan menstabilkan nilai mata uang Baht.

Akhirnya pada tanggal 2 Juli 1997 pemerintah Thailand mencabut kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar Baht. Dimana nilai tukarnya dibiarkan berfluktuasi berdasarkan permintaan dan penawaran di bursa perdagangan mata uang. 

BACA JUGA:OJK Raih Predikat Badan Publik Informatif Terbaik 2023

Dimana pada akhirnya nilai Baht turun 20 persen hari itu juga yang membuat seluruh dunia investasi sangat terkejut dan mengakibatkan kepanikan besar di Asia.

Turunnya nilai mata uang Thailand dalam waktu singkat membuat reaksi berantai di kalangan investor termasuk yang menanamkan uangnya di Indonesia, Malaysia, dan negara-negara berkembang di Asia.

Nilai tukar Rupiah langsung menghadapi tekanan jual yang sangat tinggi di pasar keuangan. Bank sentral  di banyak negara Asia harus menguras cadangan devisanya jika ingin menstabilkan nilai mata uang negaranya. 

Namun cadangan devisa negara mempunyai batas kemampuan. Dalam Rupiah, Bank Indonesia terpaksa membuat nilai Rupiah mengambang bebas dimana pada tanggal 14 Agustus 1997 Nilai rupiah  terjun bebas dari yang awalnya Rp 2000 per Dollar AS hingga pada akhirnya sempat tembus Rp 16.000 per Dollar AS.

Turunnya nilai tukar Rupiah di tahun 1997 hingga 1998 membuat dampak sistemik untuk banyak perusahaan dan institusi finansial yang mempunyai hutang dalam bentuk dollar.

Itulah perbedaan 3 krisis yang pernah di alami bersama oleh seluruh negara selama 30 tahun terakhir.

 

 

Kategori :