Enzym ini mampu untuk menjadi bahan pengurai limbah di industri rumah tangga produsen tempe di Plaju.
“Hal ini tentunya sangat baik karena dapat bermanfaat bagi kelompok industri tempe agar lebih ramah lingkungan serta mengurangi beban pencemaran di lingkungan masyarakat sekitar industri tempe,” jelasnya.
BACA JUGA:Kilang Pertamina Plaju Raih Bintang Lima di TOP CSR Awards 2023, Ini Program TJSL-nya? Ia berharap agar inovasi ini menjadi contoh bagi kelompok masyarakat lainnya terutama industri rumah tangga dapat memperhatikan pengelolaan limbahnya dan aspek lingkungan lainnya.
Fasilitasi Drum Food Grade dan Meja Peragian Higienis
Joko Pitoyo, kini semakin menikmati perannya sebagai penggerak produksi bersih dan mengajak puluhan perajin tempe lainnya untuk mulai berbenah.
Ia menceritakan, sejak bergulirnya program Kampung Pangan Inovatif sebagai program TJSL Kilang Pertamina Plaju pada 2021 lalu, telah banyak perubahan yang dihasilkan bagi lingkungan.
BACA JUGA:'Cuan' Skema STS Muntok Bawa Kilang Pertamina Plaju Raih ISIF 2023 Jika sebelumnya para perajin tempe menggunakan alat perebus tempe dari drum bekas yang dimodifikasi, dan media peragian dari terpal yang dibentang di atas meja kayu yang tidak sesuai standar.
Kini ia dan perajin lainnya telah difasilitasi drum food grade dan meja peragian dari stainless dari Pertamina.
“Alhamdulillah, program dari Pertamina memberikan jawaban atas permasalahan yang kami alami. Kami diajari proses produksi bersih dari Pertamina, juga diberi sarana produksi,” ujar Joko.
Berdasarkan data hingga September lalu, proses energi bersih di Kelurahan Plaju Ulu menghasilkan transformasi yang positif.
BACA JUGA:Kilang Pertamina Plaju Kembali Raih 3 Penghargaan PRIA 2023 Perubahan perilaku hingga penghematan biaya produksi tempe pun terwujud. Penggantian meja ragi misalnya, menghasilkan penurunan biaya hingga Rp 22,8 juta per tahun, sedangkan penggantian panci food grade juga menyumbang penghematan sebesar Rp 23,04 juta untuk jangka waktu tiga tahun.
Selanjutnya, dari sisi penggunaan bahan bakar pun mengalami pengurangan pemakaian biaya sebesar Rp 21,6 per tahun.
Hal ini dikarenakan penggunaan panci higienis yang sesuai standar sehingga durasi perebusan kedelai yang tak membutuhkan waktu yang lebih lama.
Rachmi mengatakan, berbagai inovasi diciptakan dengan dukungan Pertamina sebagai upaya mendukung keberlanjutan usaha perajin tempe yang tak hanya bertujuan meningkatkan keuntungan, tetapi juga mengedepankan pelestarian lingkungan.
BACA JUGA:2nd SMEEC Kilang Pertamina Plaju Resmi Ditutup, Ini 8 Besar Pemenangnya Semangat ini, kata dia, sejalan dengan semangat keberlanjutan yang diadopsi perusahaan saat ini.
“Kami ingin para perajin tempe memiliki kesadaran tentang pentingnya produksi bersih yang bertanggung jawab karena kita semua memiliki andil untuk menciptakan lingkungan yang sehat,” katanya.