Berdiri sejak 1971 di Seattle, AS, gerai Starbucks melakukan ekspansi global dengan sangat cepat dan singkat.
Saat ini, sudah ada 35.711 gerai yang tersebar di seluruh dunia. Dituding mendukung Israel, ternyata Starbucks bangkrut membangun usahanya di negara yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu tersebut.
Tiga tahun setelah berkunjung ke Israel mantan chief executive officer (CEO) Starbucks Howard Schultz membuka Gerai Starbucks pertama di Tel Aviv, Israel pada September 2001.
Awalnya, Starbucks berencana membuka 20 kedai di Israel pada tahun pertama operasinya. Untuk operasional kedai kopi itu berkerjasama dengan perusahaan bensin, Delek Israel Fuel Corporation (DIFC) yang memegang 80,5 persen saham.
BACA JUGA:Tak Hanya McD, Pizza Hut Masuk Daftar Boikot Dukung Israel? HokBen Asal Mana, Apakah Pro Israel?
Terlalu jumawa, Howard yakin kedai kopinya bisa membangun 80 kedai di kota-kota besar Israel dalam waktu empat tahun.
Namun, ternyata mimpi tersebut hanya menjadi angan-angan, karena beberapa bulan setelah Starbucks meluncurkan kedai kopi pertamanya, penjualannya tercatat sangat buruk dan hampir seluruh toko Starbucks kosong
Akibatnya, tak ada satupun toko yang mencatatkan keuntungan.
Semuanya merugi. Kalnin dan Stroock mencatat kerugian Starbucks dari awal berdiri pada 2003 mencapai 6 juta dolar AS atau setara Rp 93 miliar di masa kini.
BACA JUGA:Burger King Masuk dalam Boikot Produk Israel, Cek Daftar Restoran Cepat Saji Lainnya di Sini
Sementara itu, Starbucks juga pernah menegaskan bahwa pihaknya tidak pernah mengirimkan sebagian keuntungan kepada pemerintah dan/atau tentara Israel.
Starbucks menyatakan bahwa pihaknya mengakhiri kemitraan di Israel pada 2003 lalu karena tantangan operasional, bukan berdasarkan masalah politik. Menurut manajemen, seluruh keputusan bisnis tidak pernah berdasarkan isu politik.
Perihal gerakan memboikot, Starbucks dituduh mendukung Israel lantaran Starbucks menggugat serikat pekerjanya.
Starbucks Workers United pada awal bulan ini setelah organisasi buruh tersebut mengunggah pesan yang sudah dihapus di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter yang menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina.
Starbucks menuduh serikat pekerja yang mewakili ribuan barista merusak merek dan membahayakan rekan kerja dengan tweet pro-Palestina.