Hingga saat ini “Rumah Busana Tria” memang hanya ada di kota pempek Palembang, songketnya sudah sampai ke seluruh Indonesia dan juga luar negeri seperti Kuala Lumpur, Serawak, Cina, bahkan Timur Tengah.
“Di sana bukan agen, tapi justru teman-teman sendiri yang menyebarkannya perorangan, harus diakui promosi dari mulut ke mulut itu memang sangat efektif,” ulasnya lagi. Usaha yang demikian berkembang ini pun dibantu oleh keluarga Tria di Jakarta.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis Jusuf Masawan, Pendiri JM Group, Sering Gagal Bukan Berarti Stop
Untuk menembus pasar Tria tak pernah berhenti untuk berinspirasi mencari desain teranyar. Perubahan tersebut tak membuat konsumennya jengah. Malahan Tria mendapatkan idenya dari mereka. Permintaan pasar menjadi masukan yang sangat berarti bagi pengembangan ide kreatif di benak satu-satunya pengusaha industri kecil menengah di Sumsel yang berhasil meraih ISO 2001 untuk usahanya.
“Justru dari pasar itu kita tahu seberapa besar peluang songket ini bisa berkembang luas, secara tidak sadar kita sudah berpartisipasi melestarikan budaya bangsa,” paparnya.
Menciptakan inovasi baru bukan perkara mudah bagi istri dari Ir Gunawan MTP ini. “Kita harus berupaya untuk melakukan percobaan dan tentu saja untuk itu harus berkorban biaya, tenaga, dan waktu,” paparnya.
Kegagalan baginya sudah menjadi sebuah konsekuensi sebelum mencapai kesuksesan. Jika tidak, tentunya ia dan konsep “Rumah Busana Tria” tidak akan mendapatkan Penghargaan Upakarti dari Presiden SBY di akhir tahun 2006.
Kunci utama kesuksesan ini tidak lepas dari perubahan yang berani dilakukannya. “Caranya, kita harus terus menggali informasi, membaca buku yang berhubungan dengan usaha kita dan juga menjalin hubungan dengan sesama pengusaha,” sambung Tria.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis Elysa Thamrin, Kuliah Finance di Amerika, Pulang jadi Sales Counter
Keberhasilan satu produk tidak menghentikan langkahnya untuk tetap menciptakan karya baru. Tahun demi tahun yang bergulir bagi Tria Gunawan adalah berkarya.
Bicara mengenai inspirasi, dirinya benar-benar harus berpikir keras, apa yang ia pikirkan biasanya datang begitu saja, seperti saat berkunjung ke kota atau ke negara lain, dirinya selalu membeli hasil kerajinan daerah tersebut.
Dari situ pun ia mencoba untuk menuangkan hasil karya yang mereka hasilkan ke hasil karyanya, tetapi bukan dengan menjiplak.
“Melalui hasil karya daerah lain pun dapat menjadi pacuan kita untuk mengembangkan yang kita punya, Palembang banyak beragam ciri khas bukan hanya songket, tetapi ada blongsong, jumputan, dan sebagainya.
Semuanya bisa dikreasikan. Tetapi melihat bukan berarti menjiplak, karena bagi saya menjiplak merupakan salah satu perbuatan yang sangat tak terpuji dan dari situ pun orang akan menilai,” paparnya.
BACA JUGA:Tokoh Inspirasi Sumsel, Prof Dr Jimly Asshiddiqie SH, Pernah Jualan Pempek, Gaji Pertama Rp 35 Ribu
Dalam setiap karya Tria selalu berpatokan pada falsafat hidupnya yakni untuk mencapai sukses, harus berani menantang diri sendiri. Selain itu seartistik apapun sebuah produk yang diciptakan tetap dianggap gagal jika produk tersebut tak mampu membuat konsumen puas dan nyaman untuk menggunakannya. Sebab, setiap produk yang dihasilkan konsumenlah yang menilai.