Belajar Bisnis Fesyen dari Alwantriati Tundrarizmi, Owner Rumah Busana Tria

Minggu 05-02-2023,10:01 WIB
Reporter : tim
Editor : Admin

Tak kalah menariknya, talenta yang dimiliki secara otodidak ini pun menyiapkan sepatu, sandal, tas yang diambil dari sisa-sisa bahan untuk melengkapi setelan baju yang dikenakan.

Namun bukan berarti usahanya terus berjalan dengan lancar, tantangan demi tantangan dilewatinya. Salah satunya yakni tidak semua masyarakat awalnya bisa terima hasil karyanya, tetapi dengan begitu saya merasa tertantang dan terus untuk mencoba dan berusaha untuk mencari peluang.

Selain itu, kesuksesan usaha rumah busana saya pun tak luput dari bantuan pemerintah. ”Saya tidak banyak modal untuk membesarkan usaha ini, tetapi dengan bantuan pemerintah saya bisa berkembang,” bebernya.

Setiap ada hasil karya terbaru saya terus mencoba mengajak pemerintah untuk bekerjasama, dengan kata lain mereka bisa memberikan bantuan dana untuk mengikuti berbagai even nasional mulai dari pameran, fashion show feed back-nya bagi pemerintah semua orang bisa kenal hasil kerajinan khas Palembang lewat karya yang dihadirkan.

BACA JUGA:Tokoh Inspirasi, dr Hj Siti Mirza Nuria SpOG, mantan Putri Indonesia yang Fokus di Dunia Kesehatan

Tak hanya di situ, dengan terus menampung saran dari para relasi dan teman-teman, akhirnya Tria merambah dunia kain songket. Waktu itu teman dan relasinya mmengungkapkan bordiran sudah biasa dan cukup dikenal orang.

“Setelah saya pikir mengapa tidak saya coba, dengan inspirasi dan rasa ingin tahu, saya mencoba menciptakan sebuah kain songket, tetapi dari segi bentuk dan bahan saya buat beda daripada yang lainnya.”

Songket dari daerah ke daerah berbeda coraknya, biasanya yang menyamakan adalah jenis bahan dan benang yang dipakai.

“Songket Palembang khususnya, selalu menggunakan benang emas dengan bahan yang sangat kaku, saya menggantinya dengan benang warna tembaga dengan bahan yang ringan, fleksibel untuk dibuat apa saja,” ungkap ibu dari Winona Razanah Algu dan M Qaedi Bajili Algu.

BACA JUGA:Tokoh Inspirasi, Abas Akbar, Juara Dunia dan Filosofi Latihan Tiga Kali

Songket Tria memang kelihatan lebih sederhana, balutan benang warna tembaga membuat kain lebih gelap. Terkadang ia pun memadukannya dengan bordiran dan motif-motif baru. Walaupun begitu, Tria mengaku tidak merubah pakem yang ada. Ciri khas Palembang tetap terlihat jelas pada kain-kainnya.

Citra songket sebagai bahan yang eksklusif memang melekat. Songket bagi Tria adalah hasil karya yang tidak mudah dibuat. Setidaknya dibutuhkan waktu tiga hingga enam minggu untuk mengolah benang dan bahan menjadi kain tradisonal ini.

“Desain, kualitas bahan serta teknik pembuatannya yang manual, memengaruhi nilai dan harga songket itu sendiri,” ungkap Tria.

BACA JUGA:Tokoh Inspirasi, Armando Mahler, Kuli Tambang jadi Orang Nomor Satu Freeport

Dalam proses produksi, lanjut wanita yang pernah memenangkan lomba kain dalam Pameran Dekranas tahun 2006 ini, pengrajin bisa juga menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin), untuk menggantikan cara manual.

“Hanya saja, kualitasnya di bawah songket hasil pekerjaan manual, otomatis harganya pun lebih murah,” ujarnya.

Kategori :